WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas. Di tengah ancaman serangan lanjutan dari Israel dan peringatan keras dari Amerika Serikat, Iran menegaskan kekuatan rudalnya sudah mencapai tingkat kesiapan maksimal.
Rudal balistik terbarunya, Qassem Basir, disebut-sebut sebagai senjata "pengubah permainan" dalam konstelasi keamanan regional.
Baca Juga:
Warga Waswas dan Ketakutan, Drone Quadcopter Jadi Senjata Psikologis Baru Israel di Gaza
Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi, penasihat panglima tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), menyatakan bahwa sistem rudal Iran dalam kondisi prima dan siap digunakan kapan pun jika negara diserang.
“Kekuatan rudal Iran dalam kondisi sangat baik,” ujarnya dalam konferensi pers yang dikutip dari saluran Al-Alam pada Selasa, 2 Juli 2025.
Vahidi menambahkan bahwa berbagai persiapan ekstensif telah dilakukan untuk menghalau dan membalas agresi musuh
Baca Juga:
Rusia Siap Banjiri Indonesia dengan Jet Tempur dan Tank Canggih, Ini Respons Kemhan
Ketika ditanya soal kemungkinan penggunaan rudal Qassem Basir jika Israel kembali menyerang, ia menegaskan, “Kemampuan signifikan telah disiapkan dan akan diaktifkan segera setelah serangan apa pun.”
Pernyataan keras itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan kemungkinan serangan baru terhadap Iran jika program nuklirnya kembali dijalankan.
Iran saat ini tengah terlibat konflik dengan Israel yang memulai pengeboman terhadap wilayah Teheran dalam perang yang telah berlangsung selama 12 hari.
Serangan udara Israel, yang didukung AS, bahkan sempat menargetkan tiga fasilitas nuklir Iran pada akhir Juni lalu.
Senjata Balas Dendam untuk Qasem Soleimani
Rudal balistik jarak menengah terbaru Iran, Qassem Basir, diperkenalkan ke publik oleh Kementerian Pertahanan pada Mei 2025. Rudal ini diyakini telah digunakan dalam serangan ke wilayah Israel dan memberikan dampak signifikan.
Economic Times menyebut rudal ini sebagai momok baru bagi Israel dan AS. Qassem Basir memiliki jangkauan hingga 1.200 kilometer dan dirancang untuk menembus sistem pertahanan tercanggih seperti THAAD dan Patriot buatan AS.
Rudal ini menggunakan motor berbahan bakar padat dua tahap, membawa muatan 500 kilogram, dan dilengkapi sistem pemandu elektro-optik inframerah berpadu dengan navigasi inersia.
Kemampuan ini memungkinkannya menargetkan sasaran tanpa bergantung pada GPS, bahkan di tengah peperangan elektronik.
Keunggulan lainnya adalah kendaraan masuk kembali yang dapat bermanuver (MaRV), memungkinkan rudal melakukan manuver cepat di fase terminal untuk menghindari intersepsi musuh.
Yang membuat Qassem Basir lebih mencekam adalah kemampuannya diluncurkan dari kendaraan sipil. Ini menambah elemen kejutan dan menyulitkan deteksi oleh intelijen musuh.
Iran menamai rudal ini sebagai penghormatan terhadap Mayor Jenderal Qasem Soleimani, yang tewas dalam serangan drone AS di Irak pada 2020.
Soleimani adalah komandan Pasukan Quds dan tokoh militer paling berpengaruh kedua di Iran setelah Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei.
Desain modular Qassem Basir juga memungkinkan produksinya secara massal, memberikan keunggulan dalam strategi saturasi untuk menembus sistem pertahanan lawan melalui serangan dalam jumlah besar.
“Musuh Iran, khususnya AS dan Israel, mungkin menganggap perkembangan ini sebagai eskalasi yang signifikan,” tulis laporan Economic Times.
Qassem Basir diyakini akan mengubah peta strategi militer di Timur Tengah dan memperkuat posisi Iran dalam menghadapi tekanan global.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]