WahanaNews.co | Komandan militer AS Jenderal Mark Milley mengatakan bahwa penembakan pesawat tak berawak MQ-9 Reaper AS di Laut Hitam adalah bagian dari tabiat agresif militer Rusia.
Militer Washington mengatakan sebuah pesawat mata-mata canggih jatuh mereka di Laut Hitam Selasa pagi setelah ditabrak oleh jet tempur Su-27 Rusia.
Baca Juga:
Sarang Narkoba Kampung Bahari Digerebek Polisi, 31 Orang Ditangkap
"Ada pola perilaku baru-baru ini di mana Rusia sedikit lebih agresif," kata Jenderal Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS.
Milley menambahkan bahwa drone itu kemungkinan pecah karena benturan di Laut Hitam pada kedalaman 4.000 hingga 5.000 kaki (1.219 hingga 1.524 meter) dan akan sulit untuk dipulihkan.
Jenderal Angkatan Udara AS James Hecker dalam pernyataan terbarunya menyebut bahwa pesawat tak berawak itu telah ditembak jatuh.
Baca Juga:
Pantau Pergerakan Polisi, Bandar Narkoba di Kampung Bahari Pakai CCTV hingga Drone
"Drone itu sedang melakukan operasi rutin di wilayah udara internasional ketika ditembak jatuh," katanya.
Kementerian Pertahanan Rusia membantah bahwa jet tempur Su-27 menabrak pesawat tak berawak MQ-9 Reaper AS di atas Laut Hitam dan ditembak jatuh.
Menurut kementerian itu, drone Amerika jatuh ke laut karena melakukan manuver tajam.
“Jet tempur Rusia tidak menggunakan senjata mereka, tidak melakukan kontak dengan UAV [drone] dan kembali dengan selamat ke lapangan terbang asal mereka,” kata kementerian tersebut.
Terlepas dari versi siapa yang benar, Senator AS Lindsey Graham tetap mendesak agar militer Amerika menembak jatuh jet tempur Rusia sebagai pembalasan.
Berbicara kepada pembawa acara Fox News, Sean Hannity, Graham mengatakan AS harus melakukannya.
"Jika Anda mendekati aset AS lain yang terbang di perairan internasional, pesawat Anda akan ditembak jatuh," katanya, dalam pesan lantang untuk kepada para pemimpin Kremlin.
"Apa yang akan dilakukan Ronald Reagan sekarang?" lanjut Graham, berandai-andai jika Presiden Ronald Reagan berkuasa saat ini.
"Dia akan mulai menembak jatuh pesawat Rusia jika mereka mengancam aset kita. Kebijakan luar negeri Amerika terjun bebas," imbuh dia, menyindir kebijakan pemerintah Presiden Joe Biden. [ast/eta]