Dia menekankan bahwa penyebaran senjata nuklir di luar angkasa akan melanggar Perjanjian Luar Angkasa tahun 1967, yang mana Moskow merupakan salah satu penandatangannya.
“Masalahnya bukan pada peningkatan ancaman senjata nuklir, melainkan peningkatan ancaman terhadap aset komando dan kontrol nuklir berbasis ruang angkasa negara lain. Ini akan sangat mengganggu stabilitas," ujarnya.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Pavel Podvig, pakar kekuatan nuklir Rusia, mengatakan: “Saya sangat skeptis (secara halus). Sayangnya, saat ini tidak mungkin untuk mengesampingkan apa pun secara pasti. Tapi tetap saja, menurut saya itu tidak masuk akal.”
Kristensen berpendapat bahwa ancaman Rusia untuk menempatkan senjata nuklir di luar angkasa, sehingga menghancurkan perjanjian non-proliferasi lainnya, bisa menjadi langkah terbaru dari serangkaian tindakan Presiden Vladimir Putin yang dimaksudkan untuk meningkatkan tekanan terhadap AS dan sekutunya agar menghentikan dukungan militer mereka kepada Ukraina.
Daryl Kimball, ketua Asosiasi Pengendalian Senjata, menyatakan bahwa senjata anti-satelit nuklir tidak masuk akal secara praktis.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
"Anda tidak perlu senjata nuklir untuk meledakkan satelit di orbit. Semua objek di ruang angkasa sangat rapuh, sehingga Anda dapat mencapai tujuan tersebut hanya dengan ledakan nuklir yang jauh lebih kecil," kata Kimball.
"Ditambah lagi, tindakan semacam itu sepenuhnya bertentangan dengan hukum."
Ketua DPR Mike Johnson menyampaikan bahwa tidak perlu panik mengenai ancaman yang tidak disebutkan namanya tersebut.