WAHANANEWS.CO, Jakarta - Sebuah insiden pelayanan di maskapai Singapore Airlines (SIA) memicu sorotan publik internasional setelah seorang penumpang Muslim di kelas bisnis disajikan makanan mengandung babi dalam penerbangan 18 jam dari Singapura menuju New York, beberapa waktu lalu.
Peristiwa ini menambah daftar kasus sensitif yang berkaitan dengan kebutuhan diet khusus di dunia penerbangan, sekaligus menguji komitmen maskapai terhadap layanan ramah semua penumpang.
Baca Juga:
Puluhan Penumpang Cedera Tulang Belakang akibat Turbulensi Ekstrem Singapore Airlines
Penumpang asal Singapura bernama Jey itu mengaku insiden terjadi saat salah satu layanan makanan dalam penerbangan SQ24 menyajikan hidangan bertulisan “Grilled Mediterranean Salad with Prosciutto” yang tidak ia kenali sebagai daging babi.
Karena ragu, Jey mengaku sempat bertanya kepada awak kabin apakah prosciutto adalah olahan babi, namun ia mendapat jawaban meyakinkan bahwa makanan tersebut aman dikonsumsi.
Setelah mencicipi hidangan itu, Jey memutuskan mencari tahu arti prosciutto dan terkejut saat mengetahui bahwa itu adalah daging babi, hingga membuatnya merasa “benar-benar syok”.
Baca Juga:
Simak Penyebab Turbulensi pada Pesawat Seperti Kasus Singapore Airlines
Ketika ia menegur awak kabin, pihak yang bertugas menyebut mungkin terjadi kesalahpahaman dan akhirnya mengakui bahwa staf junior yang menyajikan hidangan tersebut memang tidak mengetahui bahwa prosciutto adalah babi.
Jey kemudian mengajukan keluhan resmi ke pihak maskapai, namun kompensasi yang ditawarkan—mulai dari voucher KrisShop senilai S$150, lalu 15.000 KrisFlyer miles, hingga 30.000 miles—ditolaknya dengan alasan tidak sepadan dan terasa menghina.
“Tak satu pun orang beriman, baik Muslim, Yahudi, Hindu, atau lainnya, yang rela melanggar aturan suci demi 30.000 miles,” ujarnya.
Ia menyoroti pula harga tiket yang dibayar sekitar S$10.000 dan menuntut SIA menunjukkan komitmen memperbaiki menu serta memahami keseriusan masalah ini, bahkan melaporkannya ke Departemen Transportasi Amerika Serikat.
Menurut Jey, ia telah memesan makanan khusus Muslim untuk layanan makanan ringan dan memilih menu dari layanan “Book the Cook” untuk makan siang.
Namun, hidangan yang mengandung babi itu disajikan tanpa label peringatan, sejalan dengan temuan Mothership bahwa situs resmi SIA tidak secara konsisten mencantumkan label babi untuk menu yang mengandungnya.
Dalam korespondensi email yang dilihat Mothership, staf layanan pelanggan SIA mengakui awak kabin awalnya tidak yakin soal prosciutto dan tetap menyajikannya tanpa konfirmasi, lalu meminta maaf setelah menyadari kesalahan dan menawarkan menu pengganti yang ditolak Jey.
Juru bicara Singapore Airlines membenarkan kesalahan tersebut, meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi, dan menyebut bahwa awak kabin langsung menarik hidangan ketika mengetahui pelanggan tidak mengonsumsi babi, serta menawarkan pilihan lain.
SIA menambahkan telah memperkuat pelatihan dan prosedur layanan awak kabin, menjaga komunikasi dengan Jey, dan mengimbau seluruh penumpang dengan kebutuhan diet khusus untuk memesan makanan khusus pada setiap layanan makan sebelum penerbangan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]