Ia menyebut profesi tersebut sebagai bentuk nyata mencerminkan kasih Tuhan kepada sesama.
Pemilihan Sarah Mullally dilakukan oleh Crown Nominations Commission, lembaga yang terdiri atas perwakilan Gereja Inggris dan tokoh-tokoh Komuni Anglikan dari berbagai negara.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Sebut Program MBG Jadi Sorotan Dunia, Banyak Negara Ingin Tiru
Keputusan tersebut dianggap mencerminkan semangat pembaruan dan inklusivitas dalam tubuh gereja tertua di Inggris itu.
Menurut laporan Vatikan News, jabatan Uskup Agung Canterbury memiliki posisi yang sangat penting dalam struktur Gereja Inggris.
Selain berperan sebagai Uskup Diosesan Keuskupan Canterbury, jabatan ini juga mencakup gelar ‘Primate of All England’ dan Metropolitan, serta dikenal sebagai primus inter pares pemimpin utama dalam Komuni Anglikan yang mencakup sekitar 85 juta umat di 165 negara.
Baca Juga:
Polda Papua Barat akan Menggelar FGD Bersama Tokoh dan Aktivis Perempuan se-Papua Barat Daya
Di tingkat nasional, Uskup Agung Canterbury juga menjadi bagian dari 26 anggota spiritual (‘Lord Spirituals’) yang duduk di Majelis Tinggi Parlemen Inggris (House of Lords), memberikan pandangan moral dan spiritual terhadap berbagai kebijakan negara.
Dalam pernyataannya usai pengumuman, Sarah Mullally menegaskan komitmennya untuk membangun gereja yang lebih terbuka, mendengarkan berbagai pandangan, dan menumbuhkan semangat solidaritas lintas keyakinan.
Ia menyatakan bahwa dirinya berkomitmen membangun gereja yang lebih terbuka dan mendengarkan perbedaan.