Pasalnya, perairannya telah berubah warna dari biru menjadi merah kusam. Kondisi ini sama seperti yang terlihat di Danau Nyos sebelum terjadi ledakan.
Untuk mencegah hilangnya nyawa lebih lanjut, ia merekomendasikan agar danau-danau di wilayah itu diuji lagi dengan pemeriksaan awal untuk sebagian besar badan air di Jalur Vulkanik Kamerun yang telah terjadi lebih dari tiga dekade lalu.
Baca Juga:
BKSDA Sumbar Tangani Konflik Harimau Sumatera dan Beruang Madu
"Indikator seperti profil termal (bagaimana suhu berubah dengan kedalaman), konsentrasi gas terlarut, luas permukaan, volume air, dan kedalaman semuanya dapat digunakan untuk menilai kemungkinan danau menyimpan endapan CO2 yang sangat besar," ujarnya.
Pengujian ini memang akan menjadi tantangan logistik. Namun dengan memantau adalah satu-satunya cara untuk mempersiapkan dan mencegah ledakan danau di masa depan.
Alat pelindung lainnya adalah dengan menempatkan detektor CO2 di dekat danau yang mengkhawatirkan seperti Kuk dan Nyos sehingga kondisi yang berubah dapat dideteksi dan ditindaklanjuti saat terjadi.
Baca Juga:
Ahli Geologi Ungkap Pemicu Meletusnya 2 Danau di Kamerun
Ia juga mengusulkan untuk melengkapinya dengan alarm untuk memperingatkan orang-orang yang tinggal di dekatnya agar pergi ke tempat yang lebih tinggi di mana CO2 berat sulit dijangkau.
“Direktorat Perlindungan Sipil adalah lembaga yang ditunjuk yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan manajemen risiko bencana di Kamerun.”
"Badan tersebut harus bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain di pemerintah dan sektor swasta untuk memastikan keamanan danau berbahaya Kamerun. Jika pihak berwenang tidak proaktif, skenario bencana Danau Nyos dapat berulang. Ribuan orang dan ternak bisa tiba-tiba terbunuh," tutupnya. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.