WahanaNews.co | Didi Taihuttu bareng istri dan ketiga anaknya menjual seluruh hartanya demi Bitcoin. Saat ini, keluarga Belanda itu memilih hidup nomanden atau berpindah-pindah tempat.
Keluarga tersebut melakukan likuidasi sejumlah aset dari bisnis, rumah, hingga sepatu pada 2017 lalu. "Kami masuk ke Bitcoin karena ingin mengubah hidup kami," kata Didi waktu itu.
Baca Juga:
Iran Eksekusi Mati 4 Pria Gara-gara Kerja Sama dengan Israel
Didi dan keluarganya tidak mengungkap berapa banyak Bitcoin yang dimilikinya. Namun mereka mulai membeli Bitcoin saat harganya US$ 900 per koin.
Nampaknya, nilai kekayaan Taihuttu terus bertambah. Setidaknya sejak beberapa tahun terakhir, Bitcoin mengalami kenaikan nilai cukup signifikan. Bahkan pertengahan November pernah menembus US$68 ribu perkoin.
Pilihan ini bukannya tanpa tantangan. Tahun 2018, keluarga ini juga menghadapi harga Bitcoin yang jatuh.
Baca Juga:
Meninggal Mendadak, Segini Harta yang Ditinggalkan Juragan Kripto
Namun mereka terus maju dan memilih menambah lebih banyak portofolio investasinya. Didi mengatakan selalu percaya uang kripto itu siap melakukan rebound besar.
"Saya pikir siklus besar, kami akan melihat puncak minimal US$100 ribu (Rp1,4 miliar). Saya tidak akan kaget jika menyentuh US$ 200 ribu (Rp 2,8 miliar) pada 2022," kata dia.
September lalu, Didi mengatakan menyimpan sebagian besar kekayaan kripto keluarganya dalam brankas rahasia di empat benua berbeda.
"Saya menyembunyikan dompet hardware di beberapa negara, jadi saya tidak perlu pergi jauh jika ingin mengakses wallet itu untuk keluar dari pasar," ungkap Didi dikutip Kamis (2/12/2021).
Penyimpanan itu terdiri dari dua di Eropa, dua di Asia, satu di Amerika Selatan dan sisanya di Australia.
Keluarga Taihuttu menjelaskan kripto itu disembunyikan dengan cara berbeda dan di berbagai lokasi. Seperti apartemen sewaan dan rumah teman, hingga situs penyimpanan milik sendiri.
"Saya lebih suka hidup di dunia yang terdesentralisasi, di mana saya bertanggung jawab melindungi modal saya," ucapnya. [rin]