WahanaNews.co | Sekitar enam bulan yang lalu, sebagian kawasan sungai Amazon dilanda banjir. Kini kawasan tersebut alami kekeringan parah hingga menghambat pasokan kebutuhan mereka.
Dilansir dari AP, setelah enam bulan sebelumnya kawasan sekitar sungai Amazon Brazil mengalami banjir yang menghancurkan perkampungan dan pertanian. Maka kini mereka dihadapkan dengan kondisi kekeringan ekstrim.
Baca Juga:
16 Desa di Aceh Barat Terendam Banjir, Air Capai 50 Sentimeter
Debit sungai tersebut terus berkurang dengan cepat. Menurut peneliti geosains dari Brazilian Geological Survey Luna Gripp, kekeringan ini disebabkan oleh curah hujan yang lebih rendah dibanding seharusnya pada bulan Agustus dan September.
Kekeringan ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan daerah sekitar sungai. Sebab sungai Amazon ini tak hanya jadi salah satu sumber mata pencaharian, melainkan juga penghubung antar kawasan.
Sebagian besar daerah di sekitar sungai Amazon tak dihubungkan oleh jalan. Oleh karena itu, berkurangnya debit air secara drastis ini berpengaruh besar terhadap pasokan makanan, bahan bakar, serta kebutuhan lainnya yang biasanya dikirimkan melalui jalur air.
Baca Juga:
BPBA Lapor Dua Desa di Aceh Jaya Terendam Banjir Setinggi 1,2 Meter
Salah satu kota yang terdampak adalah Tefe. Kota ini memiliki 60.000 penduduk di tepi sungai Amazon. Akibat kekeringan ini, kapal-kapal besar tak dapat tiba di pelabuhan kota mereka.
Selain memutus konektivitas masyarakat serta pasokan kebutuhan mereka, keringnya sungai ini juga menyebabkan para nelayan tertunda mencari ikan. Sebab kapal yang mengangkut hasil tangkapan mereka tak bisa mencapai pelabuhan di kota.
Musim menangkap ikan secara resmi berlangsung hingga November mendatang. Namun jika debit air masih tak bertambah segera maka ada tujuh komunitas keluarga yang kehilangan sumber pendapatan besar mereka.
Di kawasan Porto Praia, komunitas asli yang tinggal dekat sungai Amazon bahkan kesulitan untuk pergi kemana-mana. Sebab saat siang hari, tanah yang mengering di kawasan itu terlalu panas untuk dilalui.
Menurut pemimpin masyarakat setempat Anilton Braz perjalanan menggunakan kapal motor ke Tefe yang normalnya dapat ditempuh selama 90 menit kini memakan waktu hingga 4 jam. Banyak area dengan air yang terlalu sedikit sehingga mereka harus mendayung.
Selain itu, kekeringan ini juga menyebabkan masyarakat kehilangan sumber air bersih. Sumber air yang biasa digunakan kini berlumpur dan mereka tak memiliki alternatif lain.
"Kami takut anak-anak kami akan terkena diare dan penyakit lainnya," kata Braz.[zbr]