Dalam unggahannya, Akacha menyebut Menteri Dalam Negeri, Charfeddine, telah mengontrol kepolisian dan menggambarkan mereka seperti kawanan anjing usai Akacha dipukuli, dihina dan jilbabnya dicopot.
Kementerian Dalam Negeri Tunisia belum mau berkomentar saat ditanya Reuters.
Baca Juga:
Jelang Ramadan 2024, Impor Kurma ke Indonesia Meningkat
Kebebasan pers dan berbicara adalah kunci untuk mendapatkan hati masyarakat Tunisia setelah pada 2011 silam meletup revolusi yang mengakhiri pemerintahan mantan Presiden, Zibe El Abidine Ben Ali, dan memicu gelombang unjuk rasa, yang lebih dikenal sebagai Arab Spring.
Akan tetapi sistem demokratis yang telah diadopsi Tunisia setelah revolusi Arab Spring, saat ini dalam kondisi krisis setelah Presiden Saied membubarkan parlemen, merebut kekuasaan dan mengesampingkan konstitusi dengan menerbitkan dekrit.
Langkah Saied itu disebut oposisi sebagai sebuah kudeta. [gun]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.