Wawancara Chaillan dengan Financial Times merupakan yang pertama sejak ia mundur dari jabatannya di Pentagon.
Pengunduran dirinya merupakan bentuk protes terhadap lambatnya perubahan teknologi di tubuh pemerintahan AS, khususnya di bidang militer.
Baca Juga:
Pemprov Sulawesi Utara Terus Dorong Peningkatan Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Wilayahnya
AS dan China Adu Kuat di Bidang Teknologi?
Pada Juni lalu, Senat AS telah menyetujui UU Inovasi dan Persaingan Amerika Serikat untuk meningkatkan produksi semikonduktor dalam negeri, pengembangan kecerdasan buatan, dan teknologi lainnya.
Baca Juga:
Jelang Tenggat TikTok Kena Banned 5 April, Trump Buka Suara
Suntikan dana sekitar 250 miliar dollar AS (Rp 3,5 kuadriliun) untuk diinvestasikan dalam 5 tahun ke depan dipandang secara luas sebagai uang tunai yang memang sangat dibutuhkan dalam perlombaan inovasi teknologi melawan China.
Presiden AS, Joe Biden, usai pengesahan UU itu bahkan mengatakan, "AS berada dalam kompetisi untuk memenangkan abad ke-21 dan senjata awal telah dikeluarkan.”
Namun, komite urusan luar negeri Kongres Rakyat China dalam sebuah pernyataan mengatakan, UU baru AS tersebut "merongrong pembangunan China” dan "menganggu urusan dalam negeri China di bawah panji inovasi dan persaingan.”