WAHANANEWS.CO, Jakarta - Peran perempuan dalam dunia kerja kini semakin menonjol dan strategis, seiring meningkatnya kesadaran global terhadap pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi.
Dalam banyak negara, kontribusi perempuan dalam sektor ekonomi tak lagi bisa dipandang sebelah mata.
Baca Juga:
Swedia dan Indonesia Perkuat Kerja Sama Kesehatan Lewat MoU di SISP 2025
Mereka tidak hanya menjadi pencari nafkah tambahan, tetapi juga penggerak utama roda ekonomi rumah tangga hingga skala nasional.
Di tengah berbagai tantangan sosial, budaya, dan stigma yang masih ada, partisipasi perempuan dalam dunia kerja terus menunjukkan tren peningkatan.
Sejumlah negara bahkan mencatat persentase pekerja perempuan yang sangat tinggi, menjadi bukti bahwa perempuan memiliki daya saing tinggi dalam dunia profesional.
Baca Juga:
Bokek Parah! Raksasa Baterai Northvolt Merugi, Utang Nembus US$8 Miliar
Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut menyumbang angka signifikan dalam populasi karyawan perempuan. Negara ini bersaing dengan berbagai negara lain dalam mendorong partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja.
Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO) yang dikumpulkan dari berbagai sumber, diproyeksikan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan secara global akan mencapai angka 54,8% pada tahun 2025.
Ini berarti lebih dari setengah populasi perempuan usia produktif di dunia diperkirakan akan terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi, baik di sektor formal maupun informal.
TPAK sendiri merupakan indikator persentase penduduk usia kerja (15–64 tahun) yang aktif secara ekonomi, baik bekerja maupun sedang mencari pekerjaan.
Berikut ini adalah daftar 10 negara yang diperkirakan akan memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan tertinggi pada tahun 2025:
Korea Selatan: 87,2%
Kepulauan Solomon: 84,3%
Madagaskar: 84,2%
Islandia: 84,1%
Belanda: 82,4%
Swedia: 82,2%
Nigeria: 81,8%
Tanzania: 81,8%
Burundi: 80,8%
Estonia: 80,8%
Data ini mengindikasikan dominasi negara-negara dari kawasan Asia, Afrika, dan Eropa dalam mencatat tingkat partisipasi perempuan yang tinggi di dunia kerja.
Korea Selatan diprediksi menempati peringkat pertama, dengan TPAK perempuan mencapai 87,2%, menunjukkan tingkat keterlibatan perempuan yang sangat besar dalam dunia kerja.
Diikuti oleh Kepulauan Solomon dan Madagaskar yang masing-masing memiliki proyeksi TPAK sebesar 84,3% dan 84,2%.
Sementara itu, Indonesia diperkirakan memiliki TPAK perempuan sekitar 54,8% pada 2025, angka yang hampir setara dengan rata-rata global.
Menariknya, meskipun Swedia hanya berada di peringkat keenam berdasarkan persentase TPAK perempuan, negara ini dinobatkan sebagai negara terbaik untuk pekerja perempuan pada tahun 2025.
Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Islandia dan Finlandia.
Di Swedia, sebanyak 43,7% posisi manajerial dan 37,7% kursi dewan direksi diisi oleh perempuan. Selain itu, kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan sangat kecil. Rata-rata gaji perempuan mencapai sekitar 90% dari gaji laki-laki.
Swedia juga menjadi negara pertama yang menerapkan kebijakan cuti orang tua berbasis netral gender, di mana baik ayah maupun ibu memiliki hak yang setara untuk merawat anak setelah kelahiran.
Kebijakan ini menjadikan Swedia pelopor dalam mewujudkan kesetaraan gender, tidak hanya dalam dunia kerja, tetapi juga dalam sektor pendidikan, kesehatan, dan politik.
Kendati banyak negara menunjukkan kemajuan positif dalam mendorong partisipasi perempuan, masih terdapat tantangan yang harus diatasi.
Masih banyak perempuan yang bekerja di sektor informal maupun formal dengan minim perlindungan.
Isu seperti glass ceiling, kesenjangan upah, diskriminasi, dan hak maternitas masih menjadi hambatan nyata.
Namun demikian, dengan dukungan kebijakan yang inklusif, budaya kerja yang lebih setara, serta kesadaran kolektif yang terus meningkat, masa depan pekerja perempuan di dunia diyakini akan menjadi lebih cerah.
Kemajuan ini juga akan berkontribusi pada kesejahteraan global secara menyeluruh.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]