Jorg Diester, seorang pakar bunker asal Jerman, menegaskan bahwa negara itu berada dalam posisi yang sangat rentan.
"Ini adalah situasi yang sangat, sangat sulit yang kami hadapi di sini," ujar Diester kepada surat kabar Die Stern, dikutip The Mirror, Senin (21/4/2025).
Baca Juga:
Dominasi China Berakhir, AS Kini Mitra Dagang Terbesar Jerman
Ia menjelaskan bahwa perubahan paradigma pasca-Perang Dingin membuat banyak pihak menganggap ancaman militer tidak lagi nyata.
"Persepsi di bidang pertahanan militer dan sipil adalah kami tidak lagi menghadapi ancaman," tuturnya. "Kemudian Bundeswehr sebagian besar dilucuti senjatanya, dan hal yang sama persis terjadi di bidang pertahanan sipil."
Menurut Diester, bukan berarti seluruh bunker resmi ditutup, namun mereka kini masuk dalam proses deklasifikasi. Artinya, statusnya bukan lagi sebagai fasilitas perlindungan yang dioperasikan negara.
Baca Juga:
Bom Nuklir Terbaru AS B61-12 di Tangan Jerman, NATO Siap Cegah Ancaman Rusia
Dalam situasi seperti ini, satu-satunya harapan bagi warga Jerman adalah para penyiap perang (doomsday preppers) yang secara mandiri membangun bunker pribadi di pekarangan mereka, lengkap dengan perlengkapan darurat.
Sementara itu, Inggris dianggap jauh lebih siap jika skenario nuklir benar-benar terjadi. Penelitian oleh Subterranea Britannica mengungkapkan bahwa ada 276 bunker yang tersebar di berbagai wilayah di Inggris Raya.
Beberapa memang sudah tidak digunakan, namun sebagian lainnya masih berpotensi memberikan perlindungan terhadap radiasi dan dampak serangan.