WahanaNews.co | Dalam menangkal kelompok-kelompok ekstremis, termasuk Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), di wilayah Afghanistan, kelompok Taliban mengesampingkan kerja sama dengan Amerika Serikat (AS).
Seperti dilansir Associated Press, Sabtu (9/10/2021), penegasan Taliban disampaikan menjelang dialog langsung antara perwakilan Taliban dengan otoritas AS di Doha, Qatar, pada Sabtu (9/10) dan Minggu (10/10) waktu setempat. Ini menjadi dialog langsung pertama sejak AS menarik pasukannya dari Afghanistan.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Para pejabat dari kedua pihak telah menyinggung berbagai isu termasuk mengekang kelompok ekstremis dan evakuasi warga negara asing maupun warga Afghanistan dari negaranya. Taliban pun telah mengisyaratkan fleksibilitas untuk isu evakuasi.
Berbicara kepada Associated Press, juru bicara Taliban, Suhail Shaheen, menegaskan tidak akan ada kerja sama dengan AS untuk memburu dan menangkal afiliasi kelompok ISIS yang semakin aktif di wilayah Afghanistan.
Afiliasi ISIS di Afghanistan, atau yang disebut ISIS Khorasan atau ISIS-K itu, diketahui mengklaim bertanggung jawab atas rentetan serangan teror beberapa waktu terakhir. Yang terbaru adalah serangan bom bunuh diri saat salat Jumat di masjid Syiah di wilayah Kunduz yang menewaskan 55 orang.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
"Kami dapat mengatasi Daesh (nama Arab ISIS) secara mandiri," tegas Shaheen, ketika ditanya apakah Taliban akan bekerja sama dengan AS untuk menangkal afiliasi ISIS di Afghanistan.
ISIS telah mendalangi serentetan serangan terhadap warga Syiah di Afghanistan sejak kelompok radikal ini pertama muncul tahun 2014 lalu. ISIS juga dipandang sebagai ancaman terbesar oleh AS.
Pertemuan antara AS dan Taliban di Doha menjadi yang pertama sejak pasukan AS ditarik dari Afghanistan pada akhir Agustus lalu, yang mengakhiri kehadiran militer AS selama 20 tahun, dan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan.
Otoritas AS telah memperjelas bahwa pertemuan dan dialog ini tidak mengindikasikan AS akan mengakui kekuasaan Taliban di Afghanistan.
Dalam dialog di Doha itu, AS disebut akan menekan Taliban untuk menghormati hak-hak seluruh warga Afghanistan, termasuk perempuan dan anak perempuan, dan untuk membentuk pemerintah inklusif dengan dukungan luas, juga untuk memberikan akses bebas terhadap badan-badan kemanusiaan.
Disebutkan juga oleh Departemen Luar Negeri AS bahwa dalam pertemuan dengan Taliban, delegasi AS akan membahas prioritas utama pemerintahan Presiden Joe Biden agar warga negara AS dan warga Afghanistan yang pernah membantu operasi militer AS selama 20 tahun, bisa meninggalkan Afghanistan dengan aman. [rin]