WahanaNews.co, Tel Aviv - Seorang tentara perempuan Israel dilarang menjadi penjaga penjara dengan keamanan tinggi setelah dituduh melakukan hubungan seksual dengan narapidana Palestina.
Melansir dari BBC News Indonesia, Senin (3/10/2023) media Israel melaporkan seorang tentara mengaku melakukan hubungan intim secara fisik dengan pria Palestina, yang disebut-sebut melakukan serangan mematikan terhadap warga sipil Israel.
Baca Juga:
Heboh Foto dan Video Mesra Bupati Nias Barat dengan Kadis Pariwisata, Nitizen: Semakin Menyala
Perempuan tersebut disebut sedang menjalani dinas wajib militer sebagai penjaga penjara yang ketentuannya adalah wajib bagi sebagian besar warga Israel.
Di mana tentara perempuan harus mengabdi setidaknya selama dua tahun dan laki-laki 32 bulan.
Nama tentara dan narapidana yang menjalani hukuman seumur hidup tersebut belum dipublikasikan.
Baca Juga:
7 Tanda Pasangan Sudah Tak Percaya Padamu
Pengadilan yang mendengarkan kasus ini memerintahkan agar rincian lain termasuk lokasi penjara tidak diungkap.
Seperti dilansir Sky News, seorang pengacara yang mewakili tentara itu mengatakan bahwa dia diancam oleh tahanan tersebut untuk melakukan hubungan non-konsensual.
Akan tetapi seorang perwira polisi senior berkata tuduhan itu tidak disertai dengan bukti.
Media Israel juga melaporkan bahwa selama interogasi, tentara tersebut yang telah ditangkap mengklaim empat penjaga perempuan lainnya juga memiliki hubungan intim dengan pria yang sama.
Tahanan Palestina itu dipindahkan dari selnya ke sel terpisah sebelum diinterogasi, kata Layanan Penjara Israel (IPS).
IPS juga melaporkan narapidana itu diduga memiliki ponsel di dalam sel yang digunakan untuk menghubungi beberapa penjaga perempuan dan bertukar foto.
Pada Jumat (29/09), Ketua IPS Katy Perry dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengumumkan tentara perempuan tidak akan lagi bertugas di penjara dengan keamanan tinggi yang berisi "teroris" Palestina.
Kata dia, setidaknya 1.000 penjaga baru telah direkrut untuk menggantikan tentara perempuan yang tak lagi bertugas di penjara.
Media Israel mengutip Ben-Gvir juga mengatakan bahwa pada pertengahan tahun 2025 "tidak ada satu pun tentara perempuan yang akan bertugas di penjara".
Sebelumnya muncul seruan agar keberadaan tentara perempuan Israel di penjara-penjara Israel dengan keamanan tinggi dihentikan. Namun hal itu tak terlaksana karena kekurangan staf.
Tahun lalu, para menteri Israel memerintahkan penyelidikan setelah adanya skandal di salah satu penjara yang menyatakan bahwa narapidana asal Palestina telah menyerang dan memperkosa tentara perempuan yang bertugas sebagai sipir penjara.
Dan bahwa beberapa petugas penjara senior telah "mengeluarkan" para wajib militer.
[Redaktur: Alpredo Gultom]