WAHANANEWS.CO, Jakarta - Donald Trump ternyata sudah mendapat informasi serangan Israel ke Doha sekitar satu jam sebelum rudal diluncurkan, namun ia tidak mengambil langkah untuk menghentikannya.
Tujuh pejabat Israel mengungkapkan kepada Axios pada Senin (15/9/2025) bahwa Gedung Putih mengetahui rencana tersebut sejak Selasa lalu, berbeda dengan klaim Trump yang menegaskan Amerika tidak diberi peringatan berarti terkait serangan di Doha.
Baca Juga:
Pembunuh Influencer Loyalis Trump Langsung Ditahan Usai Diserahkan Pendeta
Menurut tiga pejabat yang mengetahui langsung, Netanyahu menelepon Trump sekitar pukul 08.00 pagi waktu Washington, sementara laporan pertama ledakan di Doha muncul 50 menit setelahnya.
"Pertama, ada diskusi mengenai tingkat politik antara Netanyahu dan Trump, dan kemudian melalui saluran militer. Trump tak mengatakan tidak (untuk serangan ke Doha)," kata seorang pejabat senior Israel kepada Axios.
"Jika Trump ingin menghentikannya, dia bisa melakukannya," ujar pejabat kedua. "Dalam praktiknya, dia tidak melakukannya."
Baca Juga:
Foto Terduga Penembak Charlie Kirk Dirilis FBI, Publik Diminta Bantu Identifikasi
Serangan Israel itu memicu amarah dunia Arab dan mendorong digelarnya pertemuan darurat pada Senin, yang dihadiri negara-negara berhubungan diplomatik dengan Israel, menghasilkan kecaman keras terhadap Tel Aviv.
Laporan belum menjelaskan detail percakapan telepon Trump-Netanyahu, termasuk apakah Trump memberi tahu Qatar ketika masih ada waktu untuk mencegah serangan.
Israel sendiri memilih mengamini kebohongan versi Gedung Putih demi alasan diplomatik, menurut pejabat ketiga. Pejabat keempat menyebut "Amerika sedang melakukan pertunjukan."
Pejabat kelima menilai Washington punya alasan untuk menjauhkan diri dari serangan, sehingga "apa yang mereka katakan secara terbuka harus dianggap remeh."
Pejabat keenam menyebut ini bukan kali pertama Trump “mengada-ada” soal percakapan dengan pemimpin Israel demi kepentingan politik.
Qatar, sekutu utama AS di Timur Tengah, menjadi tuan rumah pangkalan militer terbesar Amerika di kawasan. Doha juga menjadi mediator penting dalam negosiasi gencatan senjata Israel-Hamas, pembebasan sandera, hingga rencana pascakonflik Gaza.
Para pimpinan Hamas yang jadi target serangan pekan lalu disebut sedang membahas kerangka kesepakatan yang diusulkan AS.
Pada Jumat setelah serangan, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani menghadiri jamuan makan malam bersama Trump, Wapres AS JD Vance, dan utusan Timur Tengah Steve Witkoff, usai bertemu selama satu jam di Gedung Putih dengan Vance dan Menlu Marco Rubio.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]