WahanaNews.co | Pengadilan Tinggi Prancis pada awal September lalu, memastikan perusahaan raksasa semen Lafarge, terlibat kejahatan kemanusiaan.
Pasalnya, Lafarge kedapatan mendanai pergerakan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah utara.
Baca Juga:
2 Terduga Teroris Jaringan ISIS Ditangkap Densus 88 di Jakarta Barat
Pengadilan Tinggi juga dalam putusan kasasi, menguatkan tuduhan bahwa raksasa semen itu mendanai terorisme, membatalkan putusan Pengadilan Tingkat Banding yang menyatakan sebaliknya.
Dalam laporan Aljazeera, 17 September 2021, ISIS disuntik dana 13 juta euro atau sekira Rp218 miliar.
Suntikan dana itu diterima kelompok bersenjata ISIS, untuk menjaga pabrik semennya di Suriah utara, agar tetap bisa berproduksi, dan lancar menggunakan tol, demikian laporan Aljazeera.
Baca Juga:
Dalang Penembakan Massal di Moskow Diduga ISIS Cabang Afghanistan
Disebutkan, bahwa hanya Pusat Konstitusi dan Hak Asasi Manusia Eropa, yang dapat dalam pengungkapan kasus ini sebagai partai sipil, dan komisi antikorupsi Sherpa tidak akan terlibat.
Selain itu, sebuah dokumen yang menunjukkan keharmonisan antara perusahaan di Prancis, Lafarge, juga pemerintahnya, dengan ISIS, dibongkar.
Dokumen yang lembar demi lembarnya diunggah laman berita Turki, Anadolu Agency menunjukkan, bahwa raksasa semen itu memberi tahu badan intelijen Prancis, tentang hubungannya dengan ISIS.
Dokumen-dokumen tersebut mengungkap bagaimana Lafarge--yang dituduh terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan atas pendanaan operasi Daesh/ISIS di Suriah--memiliki hubungan dengan Daesh/ISIS yang sepenuhnya disadari oleh intelijen Prancis.
Dokumen menunjukkan bahwa badan intelijen Prancis menggunakan jaringan hubungan Lafarge, kerja samanya dengan kelompok bersenjata di Suriah, dan pertemuan, untuk mendapatkan berita dari wilayah tersebut, dan mempertahankan operasinya di sana.
Berkas itu juga mengungkapkan bahwa intelijen Prancis, tidak memperingatkan perusahaan bahwa mereka melakukan kejahatan, demikian dikutip dari Anadolu Agency.
Terpisah, pekan ini, Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengumumkan bahwa negaranya telah membunuh salah satu pemimpin ISIS di wilayah Sahara, yakni Abu al-Wahid al-Sahrawi.
Kematian pemimpin ISIS ini, diklaim Marcon sebagai kesuksesan bsar bagi Prancis.
"Ini menjadi kesuksesan besar lainnya dalam pertempuran kita melawan kelompok-kelompok teroris di Sahel," sebut Macron dalam pernyataan di Twitter, dikutip Pikiran-rakyat.com, 16 September 2021.
Meski begitu, Marcon belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai kabar ini.
Namun, desas-desus kematian pemimpin ISIS tersebut telah beredar selama berminggu-minggu di Mali.
Dilaporkan Al Arabiya, Abu al-Wahid al-Sahrawi merupakan orang yang menewaskan 4 personel militer AS dan 4 orang militer Niger pada tahun 2017 di Niger. [dhn]