WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pernyataan mengejutkan kembali dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia dengan tegas memperingatkan bahwa Israel akan kehilangan seluruh dukungan dari Washington jika tetap nekat mencaplok wilayah Tepi Barat, Palestina.
Trump menyampaikan hal itu pada Kamis (23/10/2025), saat diwawancarai harian Time.
Baca Juga:
Presiden AS Trump Belum Tetapkan Batas Waktu Hamas Lucuti Senjata di Gaza
Ia menegaskan bahwa pencaplokan tersebut tidak akan pernah terjadi karena dirinya telah berjanji kepada negara-negara Arab, dan saat ini Amerika Serikat telah mendapatkan dukungan besar dari kawasan tersebut.
“Israel akan kehilangan seluruh dukungannya dari Amerika Serikat jika itu terjadi,” ujar Trump ketika ditanya soal kemungkinan aneksasi Tepi Barat oleh Israel.
Mantan presiden yang dikenal dengan gaya blak-blakannya itu juga menegaskan bahwa selama kepemimpinannya, situasi di Timur Tengah berada dalam kendali yang lebih baik.
Baca Juga:
Presiden Trump Puji Prabowo: “Sosok Luar Biasa dari Indonesia” di KTT Perdamaian Gaza
Namun, ia memperingatkan bahwa jika AS dipimpin oleh presiden yang lemah dan tidak dihormati dunia, perdamaian yang telah dicapai bisa runtuh seketika. “Jika presiden yang buruk datang, itu bisa berakhir dengan sangat mudah... Jika mereka menghormati presiden, itu akan menjadi perdamaian jangka panjang yang indah,” kata Trump menambahkan.
Sebelumnya pada September lalu, Trump juga menyatakan bahwa ia tidak akan pernah mengizinkan Israel mencaplok Tepi Barat.
Menurut laporan Axios yang mengutip sumber anonim di Gedung Putih, Trump dan timnya telah memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa melanjutkan konflik di Timur Tengah hanya akan membuat Israel semakin terisolasi di kancah internasional.
Pada 29 September, Trump mengumumkan rencana perdamaian di Gaza yang berisi 20 poin utama. Salah satu poin penting dalam rencana itu adalah seruan gencatan senjata segera, dengan syarat pembebasan seluruh sandera dalam waktu 72 jam.
Rencana yang diusulkan Trump juga memuat ketentuan agar Hamas atau kelompok bersenjata Palestina lainnya tidak ikut dalam pemerintahan baru di Jalur Gaza.
Sebaliknya, wilayah tersebut akan dikelola oleh sebuah komite teknokrat yang diawasi oleh badan internasional di bawah kepemimpinan Trump sendiri.
Perkembangan positif pun terjadi pada Rabu (9/10/2025), ketika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan tahap pertama dari rencana perdamaian tersebut untuk mengakhiri konflik bersenjata yang telah berkecamuk di Jalur Gaza selama dua tahun terakhir.
Empat hari kemudian, pada Minggu (13/10/2025), Trump bersama Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara resmi menandatangani deklarasi gencatan senjata di Jalur Gaza.
Dalam kesepakatan itu, Hamas diwajibkan membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup dan ditahan sejak 7 Oktober 2023. Sebagai imbalannya, Israel setuju untuk membebaskan 1.718 tahanan asal Gaza dan 250 tahanan Palestina lainnya yang berada di berbagai penjara Israel.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]