Operasi ini merupakan tindakan militer terbesar AS di Timur Tengah sejak Trump menjabat pada Januari lalu.
Trump menyatakan bahwa langkah tersebut merupakan "tindakan tegas dan kuat" untuk mengakhiri ancaman terhadap jalur pelayaran di Laut Merah yang dilakukan oleh Houthi. Ia juga menegaskan bahwa Iran harus segera menghentikan dukungannya terhadap kelompok tersebut.
Baca Juga:
Perancis dan Jerman Dorong Kemandirian, tapi Persenjataan NATO Masih Bergantung ke AS
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menegaskan bahwa serangan terhadap Houthi akan terus berlanjut hingga kelompok itu menghentikan serangannya terhadap kapal-kapal yang melintas di Laut Merah.
Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Mike Waltz, mengungkapkan bahwa serangan AS telah menargetkan dan menewaskan sejumlah pemimpin Houthi.
Ia juga mengindikasikan bahwa kapal-kapal serta aset Iran yang mendukung Houthi bisa menjadi sasaran berikutnya.
Baca Juga:
Ray Dalio, Miliarder AS yang Dipercaya Prabowo untuk Mengawasi SWF Indonesia
Houthi Tantang Balik AS
Dalam tanggapannya, biro politik Houthi mengecam serangan udara AS sebagai "kejahatan perang" dan menegaskan bahwa mereka siap merespons setiap eskalasi dengan tindakan serupa.
Houthi juga mengklaim telah menyerang kapal induk AS, USS Harry S Truman, di Laut Merah pada Senin (17/3) dini hari menggunakan drone dan rudal.