WAHANANEWS.CO - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial pada Senin (17/11/2025) waktu setempat dengan menuding otoritas Meksiko gagal menangani kelompok penyelundup narkoba dan menyatakan dirinya tak keberatan melancarkan serangan ke wilayah negara tersebut demi menghentikan peredaran narkoba.
Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ia akan menyetujui operasi antinarkoba AS di Meksiko jika diperlukan, dengan menegaskan “Apa pun yang harus kita lakukan untuk menghentikan narkoba” dan menambahkan bahwa ia “akan bangga melakukannya” karena menurutnya langkah itu bisa “menyelamatkan jutaan nyawa”.
Baca Juga:
Presiden AS Donald Trump Turun Gunung Menengahi Konflik Thailand dan Kamboja
Sejak Agustus, Washington mempertahankan pengerahan militer besar di kawasan Karibia yang mencakup enam kapal perang untuk memerangi perdagangan narkoba, meski spekulasi berkembang bahwa AS mungkin mempertimbangkan intervensi militer terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Washington juga mengumumkan kedatangan kapal induk terbesar di dunia, USS Gerald R Ford, yang memasuki perairan Karibia dekat Venezuela pada Minggu (16/11/2025) sebagai bagian dari penguatan operasi.
SOUTHCOM yang membawahi pasukan AS di kawasan Amerika Latin dan Karibia mengatakan satuan tempur kapal induk tersebut telah memasuki wilayah tanggung jawabnya sesuai arahan Trump untuk membubarkan organisasi kriminal transnasional dan memerangi terorisme narkotika.
Baca Juga:
Rusia Ajak AS Berdialog Soal Tuduhan Uji Coba Nuklir Diam-diam
Satuan tempur USS Gerald R Ford terdiri atas kapal induk tercanggih itu, dua kapal penghancur bersenjata rudal berpemandu, serta sejumlah kapal dan pesawat pendukung yang kemudian bergabung dengan beberapa kapal perang AS lain dalam operasi bernama “Operation Southern Spear”.
Sejak operasi militer terhadap perdagangan narkoba di Karibia dimulai pada September, pasukan AS telah menewaskan setidaknya 80 orang dalam serangan terhadap sedikitnya 20 kapal yang diduga mengangkut narkoba di perairan internasional, namun AS tidak memberikan rincian pendukung dan para pakar menilai kematian itu sebagai pembunuhan di luar hukum.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.