WAHANANEWS.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Hakan Fidan menyatakan kesiapannya menjadi penengah kesepakatan damai Ukraina, sekaligus dapat menjadi tuan rumah perundingan antara Rusia dan Ukraina.
"Kami selalu mendukung prinsip penyelesaian yang melibatkan kedua belah pihak untuk mencapai perdamaian. Sudut pandang kami tidak berubah. Turki siap memberikan dukungan apa pun untuk upaya perdamaian, termasuk perundingan antara para pihak," kata Menlu Fidan dalam konferensi pers, melansir TASS, Rabu (26/2/2025).
Baca Juga:
Trump Tegaskan Warga Palestina yang Pergi dari Gaza Tak Bisa Kembali
"Pada tahap kontak saat ini antara berbagai negara di Ukraina, jelas semua pihak sepakat tentang perlunya gencatan senjata. Tentu saja, sangat penting bahwa hal ini diterima oleh para pihak yang berkonflik. Kami terus berupaya untuk memberikan kontribusi apa yang dapat diberikan Turki untuk penyelesaian, untuk penerapan, dan pemeliharaan gencatan senjata," jelasnya.
Menurut Menlu Fidan, "Turki memiliki potensi yang signifikan" untuk berkontribusi pada penyelesaian konflik Ukraina, dan "melanjutkan kontak dengan berbagai pihak."
"Turki adalah negara yang kuat dan penting di kawasan ini, dan negara ini pasti akan memainkan peran penting dalam membangun dan memastikan perdamaian serta mempertahankan gencatan senjata," kata menteri tersebut.
Baca Juga:
Pangkalan Militer Asing: AS Pimpin dengan 750, Inggris Ikuti dengan 145 di Seluruh Dunia
Lebih jauh dijelaskannya, selama tiga bulan terakhir Turki telah mengadakan banyak perundingan, melakukan penelitian, dan mengajukan beberapa inisiatif taktis dan strategis untuk menghentikan perang sesegera mungkin, tetapi belum ada kemajuan signifikan yang dicapai.
"Dengan adanya Pemerintahan baru Amerika Serikat, kita menyaksikan adanya pergeseran dinamika. Proses negosiasi tidak langsung sedang berlangsung, yang melibatkan semua pemangku kepentingan utama. Amerika berbicara dengan Rusia, Ukraina berhubungan dengan Eropa, Rusia berbicara dengan kami, Ukraina menghubungi kami, dan Eropa terlibat dengan Amerika. Saat ini, ada banyak sekali aktivitas diplomatik," urai Menlu Fidan.
Ia menambahkan, para negosiator menghadapi serangkaian masalah yang rumit, termasuk ketentuan gencatan senjata, kerangka kerja untuk perjanjian damai, dan mekanisme untuk menjaga perdamaian serta memberikan jaminan.