WahanaNews.co | Peran tentara bayaran begitu krusial bagi Angkatan Bersenjata Ukraina (ZSU). Pengerahan tentara bayaran tak lain untuk mengimbangi kekuatan personel militer Rusia.
Melansir VIVA Militer yang bersumber dari Kantor Berita Rusia, TASS, militer Ukraina dikabarkan telah menambah jumlah tentara bayaran di front timur tepatnya di wilayah Republik Rakyat Luhansk (LPR).
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Penambahan jumlah tentara bayaran diyakini Kepala Republik Rakyat Luhansk, Mayor Jenderal Leonid Pasechnik, untuk merebut kembali eks provinsi Ukraina itu.
"Kami semakin jarang mendengar bahasa Ukraina atau Rusia. Dan bahasa asing semakin sering terdengar di antara jajaran angkatan bersenjata Ukraina. Yang tentu saja, menunjukkan bahwa jumlah tentara bayaran terus bertambah," ujar Pasechnik.
"Tanpa diragukan lagi, ini menghalangi kami karena jika hanya Angkatan bersenjata Ukraina bertempur maka mereka mungkin tidak akan memiliki cadangan seperti itu dan kebuntuan ini sudah lama terjadi," katanya.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Sebelumnya, perwira Milisi Rakyat LPR, Andrey Marochko, menyebut jika para tentara bayaran sudah 100 persen menyatu dengan pasukan Ukraina. Oleh sebab itu, sulit untuk menghitung jumlah pastinya karna angka terus berubah.
Namun demikian, Marochko mencatat bahwa sejumlah tentara bayaran Ukraina adalah warga negara pecahan Uni Soviet. Selain itu, ada juga yang berasal dari negara-negara anggota NATO semisal Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis dan Polandia.
Yang lebih mengejutkan, Marochko juga mengungkap identitas unit tentara yang diberi julukan "Pasukan Keberuntungan" oleh Ukraina.
Pasukan ini disebut Marochko adalah anggota organisasi teroris Negara Islam (IS), yang berafiliasi dengan Daesh, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Negara Islam Irak dan Syam (ISIL). [rds]