Ukraina telah berulang kali diserang peretas dalam beberapa minggu terakhir, hal ini terjadi bersamaan aktivitas Rusia yang mengerahkan pasukan di sekitar perbatasan Ukraina.
Kekhawatiran atas invasi besar-besaran yang mungkin terjadi meningkat setelah Rusia pekan ini memerintahkan pasukannya bergerak ke dua wilayah separatis di Ukraina timur.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Atas serangan tersebut, pakar keamanan siber berlomba-lomba membongkar asal muasal program jahat tersebut. Salinan dari program tersebut kini diunggah ke situs keamanan siber crowdsourced milik Alphabet, VirusTotal, untuk dilihat kemampuannya.
Kemudian para peneliti menemukan bahwa perangkat lunak ini tampaknya telah ditandatangani secara digital dengan sertifikat yang dikeluarkan untuk perusahaan Siprus yang tidak dikenal bernama Hermetica Digital Ltd.
Rincian kontak untuk Hermetica menyebut perusahaan ini didirikan satu tahun lalu di ibukota Siprus, Nicosia. Namun perusahaan ini tampaknya tidak memiliki situs web.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Sebelumnya pada Rabu (23/2) situs web pemerintah Ukraina, kementerian luar negeri dan layanan keamanan negara terdampak oleh serangan penolakan layanan (DDoS).
"Sekitar pukul 4 sore, serangan DDoS massal lainnya di negara bagian kami dimulai. Kami memiliki data yang relevan dari sejumlah bank," kata Mykhailo Fedorov, Menteri Transformasi Digital.
Dilansir dari CNBC, serangan DDoS adalah ketika seorang peretas membanjiri jaringan atau server korban dengan lalu lintas sehingga orang lain tidak dapat mengaksesnya. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.