WahanaNews.co | Badan PBB untuk urusan anak-anak, UNICEF mengungkapkan penutupan sekolah karena pandemi Covid-19 menyebabkan anak-anak di seluruh dunia kehilangan pendidikan yang hampir tidak bisa tergantikan.
Lebih dari 616 juta siswa di dunia masih terdampak penutupan sekolah, separuh, atau sepenuhnya.
Baca Juga:
Donald Trump Mulai Umumkan Nominasi Anggota Kabinet, Ini Daftarnya
Laman Channel News Asia melaporkan, Selasa (25/1), menurut UNICEF, di banyak negara, jutaan anak yang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kemampuan dasar, mempengaruhi dampak kesehatan mental mereka dan membuat mereka berisiko mengalami penganiayaan dan kekurangan gizi.
"Sederhananya, kita mengalami kehilangan pendidikan pada anak-anak dalam skala yang tidak tergantikan," kata Kepala Pendidikan UNICEF Robert Jenkins dalam pernyataan setelah hampir dua tahun pandemi.
Membuka kembali sekolah saja masih tidak cukup, kata dia. Jenkins menyerukan ada dukungan tambahan untuk memulihkan hilangnya pendidikan pada anak-anak.
Baca Juga:
Prabowo Dukung Solusi Dua Negara untuk Selesaikan Konflik Palestina
UNICEF melaporkan, penutupan sekolah membuat 70 persen anak usia 10 tahun tidak bisa membaca atau memahami kalimat sederhana. Angka itu naik dari 53 persen pada sebelum pandemi di negara berpenghasilan menengah ke bawah.
Di Ethiopia misalnya, anak-anak sekolah dasar hanya mampu mempelajari 30-40 persen materi pelajaran matematika dibanding jika mereka menjalani sekolah normal, kata UNICEF.
Di negara kaya pun demikian. Di Amerika Serikat hilangnya pendidikan terlihat di sejumlah negara bagian termasuk Texas, California, Maryland.
Anak putus sekolah juga menjadi masalah. Di Afrika Selatan, ada sekitar 400-500 ribu siswa harus putus sekolah, menurut data sejak Mei 2020 hingga Juli 2021.
Pada akhirnya penutupan sekolah karena pandemi ini menyebabkan lebih dari 370 juta anak di seluruh dunia tidak mendapat bekal makanan yang sepatutnya bagi kebutuhan nutrisi sehari-hari mereka. [rin]