Lebih dari 700 orang tewas, termasuk 190 anak, dan 6.000 orang lainnya terluka, menurut PBB.
Selain itu, lebih dari 1 juta warga telah diungsikan dan 840 ribu lainnya mencari perlindungan di daerah perdesaan dan negara bagian lain, sedangkan 250.000 orang lainnya sudah menyeberangi perbatasan Sudan.
Baca Juga:
TKN Prabowo-Gibran Pamer Sukses Program Makan Gratis Siswa di India dan Sudan
Perbedaan pendapat di antara pihak-pihak yang bertikai telah meruncing dalam beberapa bulan belakangan terkait integrasi RSF ke dalam militer, yang menjadi syarat utama dalam kesepakatan transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik.
Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan status darurat. Langkah militer itu dikecam kekuatan-kekuatan politik di negara itu, yang menyebutnya sebagai "kudeta".
Masa transisi Sudan, yang dimulai pada Agustus 2019 setelah Presiden Omar Al Bashir dilengserkan, semula akan diakhiri dengan pemilu pada awal 2024.[eta/Anadolu]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.