WahanaNews.co | Demonstrasi menuntut pencabutan lockdown Covid-19 di China , yang semula pecah di Xinjiang, kini meluas ke berbagai kota termasuk Ibu Kota Beijing. Tuntutan demonstran juga kini berubah jadi penggulingan Partai Komunis China dan Presiden Xi Jinping.
Demo di Xinjiang pecah pekan lalu setelah massa marah dengan kebijakan nol Covid-19 China dengan lockdown ketat 100 hari. Aturan itu dianggap menghambat warga melarikan diri dari tragedi kebakaran di apartemen yang menewaskan 10 orang.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Pada hari Minggu, ratusan mahasiswa dari Universitas Tsinghua Beijing berunjuk rasa di kampus mereka. Massa meneriakkan yel-yel "kebebasan akan menang" dan menyerukan diakhirinya lockdown.
Demo di Beijing itu mengikuti demonstrasi pada Sabtu malam di Shanghai, kota terpadat dan pusat keuangan China, serta di sebuah universitas di kota timur Nanjing.
Seorang mahasiswa di Tsinghua mengatakan kepada AFP bahwa pertemuan massa hari Minggu dimulai pada pukul 11.30 ketika para mahasiswa mulai memegang tanda di pintu masuk kantin, dan kemudian semakin banyak orang bergabung.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
"Sekarang ada 200 sampai 300 orang...Kami menyanyikan lagu kebangsaan dan Internationale, dan meneriakkan 'kebebasan akan menang'," kata mahasiswa tersebut, yang berbicara tanpa menyebutkan nama.
Belum ada komentar langsung dari pemerintah China atas demo yang mulai meluas.
Ratusan orang juga melakukan protes di Wuhan, tempat Covid-19 pertama kali muncul pada tahun 2019. Rekaman yang disiarkan AFP menunjukkan sebuah jalan di pusat kota dipenuhi massa malam hari, bersorak dan merekam protes tersebut dengan ponsel mereka.
Di Shanghai, seperti dilaporkan AP, Senin (28/11/2022), ratusan orang berkumpul di Jalan Wulumqi pada tengah malam. Mereka membawa bunga, lilin, dan tanda bertuliskan "Urumqi, 24 November, mereka yang meninggal beristirahatlah dalam damai".
Tulisan pada tanda itu untuk mengenang 10 orang yang tewas dalam kebakaran di sebuah gedung apartemen di Ibu Kota Xinjiang, Urumqi.
Kematian tersebut telah memicu kemarahan publik yang meluas karena banyak pengguna internet menduga bahwa penghuni gedung bertingkat tinggi tersebut tidak dapat melarikan diri tepat waktu karena sebagian gedung tersebut dikunci.
Namun, para pejabat kota telah menolak klaim tersebut.
Massa di Shanghai meneriakkan, “Cabut lockdown untuk Urumqi, cabut lockdown untuk Xinjiang, cabut lockdown untuk seluruh China!”
Pada satu titik sekelompok besar massa mulai berteriak, “Gulingkan Partai Komunis China, gulingkan Xi Jinping, bebaskan Urumqi!”
Sekelompok besar polisi mengawasi dan kadang-kadang berusaha membubarkan massa.
Seorang pengunjuk rasa yang hanya menyebutkan nama marganya, Zhao, mengatakan kepada AP bahwa salah satu temannya dipukuli oleh polisi dan dua temannya disemprot merica.
Dia mengatakan polisi menginjak kakinya ketika dia mencoba menghentikan demonstran membawa temannya pergi. Dia kehilangan sepatunya dalam proses tersebut, dan meninggalkan protes tanpa alas kaki.
Zhao mengatakan para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan, termasuk “Xi Jinping, mundur; Partai Komunis, mundur”, “Buka lokcdown Xinjiang, buka lockdown China”, “tidak ingin [tes] PCR, ingin kebebasan” dan “kebebasan pers”.
Pengunjuk rasa lain, yang juga hanya menyebutkan nama keluarganya, Xu, mengatakan kepada AP bahwa ada ribuan pengunjuk rasa yang lebih besar. [rds]