WahanaNews.co | Tahun 2022 ini, utang publik Tunisia kian bengkak, mencapai 82,6 persen dari pendapatan domestik brutonya.
Seperti dilansir Reuters, utang publik Tunisia yang belum dibayar akan mencapai hampir 114,14 miliar dinar (US$39,77 miliar) pada akhir tahun 2022. Jumlah itu setara dengan 82,6 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB)-nya.
Baca Juga:
Jelang Ramadan 2024, Impor Kurma ke Indonesia Meningkat
Mengutip dari kantor berita Tunis Afrique Presse (TAP), Menteri Keuangan Tunisia Sihem Bougdiri Nemsia mengatakan anggaran negara untuk 2022 ditetapkan sebesar 57,291 juta dinar atau naik 3,2 persen dari perubahan undang-undang keuangan 2021.
"Utang publik yang belum dibayar akan mencapai 114.142 miliar pada tahun 2022, yang mewakili 82,6 persen dari PDB, dibandingkan 85,6 persen yang diprediksi oleh undang-undang keuangan yang diamandemen pada tahun 2021," demikian pernyataan Nemsia dalam konferensi pers jelang akhir 2022 lalu.
Nemsia menerangkan penyusunan anggaran itu menyediakan ruang bagi implementasi beberapa reformasi ekonomi dan fiskal untuk memitigasi tergelincirnya keuangan publik dan kesimpulan dari perjanjian baru dengan IMF.
Baca Juga:
Oposisi Boikot Pemilu Tunisia, Hanya 9 Persen Pemilih Berikan Suara
Dalam pemaparan pada 28 Desember 2021, pemerintah Tunisia mengungkapkan rencana untuk meminjam $7 miliar lebih banyak dari pemberi pinjaman asing dan sumber domestik untuk merangsang ekonomi negara itu pada 2022 ini.
Nemsia menerangkan undang-undang keuangan 2022 meningkatkan pengeluaran lebih dari tiga persen YoY menjadi US$19,8 miliar.
"Defisit anggaran, tidak termasuk sumbangan, akan mencapai 9,3 miliar dinar. Defisit diperkirakan akan mencapai sekitar 6,7 persen dari produk domestik bruto," kata dia.
"Hasilnya kebutuhan pembiayaan seperti yang Anda tahu, dan seperti pada setiap tahun, dan kebutuhan diperkirakan 18,673 miliar dinar selain kebutuhan treasury 1,310 juta dinar," imbuhnya.
Dan, itulah kemudian yang membawa utang publik mencapai lebih 82,6 persen dari PDB.
Sebagai informasi, Tunisia telah menderita bertahun-tahun kesengsaraan ekonomi karena covid 19, dengan inflasi tinggi dan pengangguran sekitar 18 persen. Utang luar negeri pada 2021 mencapai 100 persen dari PDB. [qnt]