WahanaNews.co | Organisasi Kesehatan Dunia meyakini varian Covid-19 terbaru telah memicu lonjakan kasus baru di India. Ironisnya, hal buruk ini terjadi ketika angka kasus dilaporkan turun di sebagian besar dunia.
XBB.1.16 atau yang dijuluki "Arcturus" oleh pelacak varian, sangat mirip dengan "Kraken" XBB.1.5 yang dominan di AS.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
"Kraken" seperti dilansir dari Yahoo News, adalah varian Covid-19 yang paling menular, kata Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Covid-19 untuk WHO, awal pekan ini lada konferensi pers.
Tetapi mutasi lebih lanjut pada protein lonjakan virus, yang merapat dan menginfeksi sel manusia, berpotensi menjadikan varian ini lebih berbahaya dan memicu penyakit yang lebih serius.
Untuk alasan ini dan karena meningkatnya kasus di Timur, XBB.1.16 masuk dalam kategori yang harus diwaspadai.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Melansir Kompas.com, varian yang jadi sorotan belakangan ini memicu peringatan bahwa itu dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius karena mutasi baru yang dikembangkannya.
Pada awal Maret, XBB.1.5 menyumbang kurang dari setengah dari semua kasus di seluruh dunia, menurut WHO.
Hanya waktu yang akan membedakan tingkat keparahan XB.1.16.
Mutasi yang tampak memprihatinkan dalam teori tidak selalu memprihatinkan dalam kehidupan nyata karena sifat imunitas populasi yang sangat kompleks.
"Terlepas dari itu, peningkatan pesat Arcturus di India memprihatinkan," kata Ryan Gregory, seorang profesor biologi di University of Guelph di Ontario, Kanada, kepada Fortune.
Dia memelopori pengembangan nama jalan untuk varian Covid-19 karena menjadi jelas bahwa WHO tidak akan menetapkan huruf Yunani baru untuk varian tersebut.
XBB.1.16 itu tampaknya semakin meningkat di negara dengan kekebalan populasi yang kuat dari infeksi sebelumnya dan kekebalan yang memprihatinkan, catat Gregory.
Meskipun tidak jelas seberapa besar lonjakan varian baru di India atau di tempat lain, gelombang besar bukan lagi pola utama kasus Covid-19, katanya.
"Ini adalah garis dasar yang tinggi secara konsisten yang tidak akan turun," tambahnya. [eta/ets]