WahanaNews.co | Pengunjuk rasa merobohkan patung Ratu Victoria dan Ratu Elizabeth
II di Winnipeg, Kanada, sebagai bentuk kemarahan atas
penemuan ratusan jenazah anak-anak di bekas sekolah pribumi.
Pengunjuk rasa menyatakan, penemuan-penemuan jenazah tersebut adalah bukti telah terjadi
genosida terhadap penduduk Kanada di masa lalu.
Baca Juga:
Kain Ulos Batak Jadi Primadona di Festival Fashion Kanada 2024
"Kami tidak bangga dengan
genosida," teriak mereka, sebelum merobohkan kedua patung itu, dikutip dari Reuters,
Jumat (2/7/2021).
Perobohan itu terjadi pada hari Kamis (1/7/2021) waktu setempat.
Pada hari itu, sejatinya, Kanada akan
merayakan Canada Day.
Baca Juga:
Sindrom Fermentasi Usus, Penyebab Wanita Kanada Mabuk 2 Tahun Meski Tak Konsumsi Alkohol
Namun, PM Justin Trudeau memutuskan
untuk tidak merayakannya dan menganggap Canada
Day tahun ini sebagai hari berkabung.
Per berita ini ditulis, kurang lebih
ada 1.000 kuburan massal tanpa penanda yang berhasil ditemukan.
Kuburan-kuburan tersebut ditemukan di
komples sekolahan di British Columbia dan Sakatchewan.
Kebanyakan dari gereja tersebut
dikelola oleh Gereja Katolik yang mendorong PM Justin Trudueau mendesak
permintaan maaf dari Vatikan.
Berdasarkan catatan sejarah, aksi
penindasan dan kekerasan di sekolah-sekolah tersebut sudah terjadi selama 165
tahun.
Penindasan terakhir terjadi di tahun
1996.
Seorang kru melakukan pencarian radar
penembus tanah di sebuah lapangan, di mana Cowessess
First Nation mengatakan mereka telah menemukan
751 kuburan massal tak bertanda, di dekat bekas Sekolah Perumahan Marieval
Indian di Grayson, Saskatchewan, Kanada, 18 Juni
2021.
Dalam praktiknya, sekolah memisahkan
paksa anak-anak pribumi dari orang tua mereka.
Dan, selama berada di sekolah,
anak-anak tersebut dibiarkan kelaparan dan menjadi subjek kekerasan fisik
maupun seksual.
Komisi Rekonsiliasi dan Kebanaran di
Kanada, dalam laporannya, menyebut apa yang terjadi sebagai genosida budaya.
Kembali ke perobohan patung, aksi
tersebut dirayakan dengan meriah oleh pengunjuk rasa.
Usai merobohkan kedua patung, mereka
mencoret-coretnya dan menari di sekitarnya.
Unjuk rasa juga terjadi di beberapa
kota.
Selain di Winnipeg, juga ada di
Toronto dan Ottawa.
Di Ottawa, ribuan warga memviralkan
tagar #CancelCanadaDay sebagai wujud
berkabung terhadap keluarga korban maupun penyintas.
Di Inggris, PM Boris Johnson sudah
menerima kabar soal perobohan patung itu.
Ia mengecam
perusakan yang terjadi, namun berjanji akan terus terlibat dalam penanganan
kasus genosida anak-anak pribumi.
"Kami berduka terhadap komunitas
pribumi Kanada perihal penemuan tragis ini. Kami akan terus memantau
perkembangan isu ini dan berkomunikasi dengan Pemerintah Kanada perihal warga
pribumi," ujar pernyataan pers Boris Johnson. [dhn]