WahanaNews.co | Pimpinan
Teknis penganggulangan COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove, mengungkapkan kekecewaannya
atas kerumunan suporter pertandingan final Euro 2020 di Inggris pada Minggu
(11/7).
Kerumunan yang bersorak-sorai, bernyanyi, dan berkumpul
tanpa menggunakan masker berpotensi sangat tinggi dalam menyebarkan COVID-19,
termasuk varian Delta.
Baca Juga:
Bahayakan Kesehatan, BPKN: Waspadai AMDK dengan Bromat Melebihi Batas Aman
Seperti diketahui, Inggris tengah mengalami peningkatan
kasus yang disebabkan oleh menyebarnya varian yang pertama diidentifikasi di
India itu. Bahkan, varian Delta telah menggantikan posisi varian Alpha sebagai
strain yang dominan.
WHO terkenal jarang sekali memberikan komentar blak-blakan
soal kebijakan individual tiap negara anggota.
Tetapi, Kerkhove membuka suara dan menyebut pemandangan
perkumpulan 60 ribu suporter itu sebagai pemandangan yang "menyedihkan".
Baca Juga:
Penyakit Mpox Jadi Darurat Kesehatan Global, Kenali Cara Penularannya
"Apakah saya
seharusnya menikmati menonton terjadinya penularan [virus corona] di depan mata
saya sendiri?" ungkap Kerkhove dalam cuitan di akun Twitter resminya.
"Pandemi COVID-19 tidak istirahat malam ini " #SARSCoV2
#VarianDelta akan memanfaatkan orang-orang yang tidak divaksinasi, di lokasi
kerumunan, tak bermasker, berteriak/bersorak/bernyanyi. Menyedihkan,"
lanjutnya.
Kerumunan suporter tampak di pusat Kota London, Trafalgar
Square, Leicester Square, dan juga di luar Wembley Stadium - lokasi
berlangsungnya final Euro 2020 antara Inggris dan Italia.
Puluhan ribu pendukung memadati stasiun untuk berangkat
menuju stadion, menyalakan flare dan bernyanyi di armada kereta.
Pada bulan ini, Perdana Menteri Boris Johnson membela
keputusan diizinkannya lebih dari 60 ribu penonton untuk datang menghadiri
final.
Menurut Johnson, final dilaksanakan dengan "kehati-hatian
dan terkendali, dengan melakukan testing terhadap seluruh orang yang
menghadirinya". Johnson juga menekankan bahwa vaksin COVID-19 telah membentuk
"tembok imunitas".
Nyatanya, dalam skala global, tingkat infeksi COVID-19
meningkat. Pekan lalu, tercatat penambahan kasus seluruh dunia hingga 2,6 juta
infeksi. Eropa sendiri mengalami peningkatan infeksi tajam hingga 30%, menurut
laporan WHO.
Lebih dari 4 juta orang meninggal dunia akibat COVID-19
sejak awal pandemi.
Direktur Program Gawat Darurat WHO, Mike Ryan, pada pekan
lalu juga mendesak negara-negara untuk sangat berhati-hati dalam mencabut
pembatasan kegiatan akibat COVID-19, supaya "tidak kehilangan kemajuan yang
telah Anda peroleh". [qnt]