WahanaNews.co | Presiden China, Xi Jinping ingatkan Presiden Rusia, Vladimir Putin soal dialog damai dengan Ukraina tak akan berjalan mulus.
Hal itu disampaikan Xi saat melakukan panggilan video dengan Putin Jumat (30/12) kemarin.
Baca Juga:
Akan Hadiri KTT G20, Presiden China Xi Jinping Tiba di Bali Senin
Xi lalu mengatakan China akan terus mengedepankan sikap objektif dan adil terkait masalah tersebut, seperti dilaporkan stasiun penyiaran China, CCTV.
Xi dan Putin hari ini melakukan pembicaraan via panggilan video.
Keduanya membicarakan berbagai persoalan terkait kerja sama bilateral dan isu global.
Baca Juga:
Bagaimana Cara Xi Jinping Jadikan Kekuasaannya Makin Tak Tertandingi?
Dalam kesempatan itu, Putin sempat mengatakan kepada Xi bahwa dia ingin China dan Rusia memperkuat kerja sama militer.
Xi pun menyambut baik permintaan Putin dengan menegaskan bahwa China siap bekerja sama di tengah situasi sulit global saat ini.
"Kami menghendaki untuk memperkuat kerja sama antara armada senjata Rusia dan China," ujar Putin kepada Xi dalam perbincangan secara virtual itu.
"Kami siap untuk meningkatkan kerja sama strategis dalam menghadapi situasi sulit internasional," kata Xi.
Putin beberapa waktu lalu mengaku ingin menyudahi perang dengan Ukraina.
Dia menyerukan negosiasi untuk mengatasi konflik kedua negara.
Menurut Putin, Rusia selama ini selalu terbuka untuk dialog. Ukraina dan sekutu, kata dia, yang tak mau bernegosiasi.
Hal itu lantas dibantah oleh penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak. Dia menganggap Putin berhalusinasi dan meminta sang Presiden sadar bahwa Rusia lah yang selama ini ogah berunding.
"Rusia dengan tangannya sendiri menyerang Ukraina dan membunuh warganya. Rusia tidak menginginkan negosiasi, tapi berusaha menghindari tanggung jawab," kata Podolyak.
Putin memang pernah beberapa kali menyatakan Rusia terbuka untuk negosiasi namun menegaskan harus berdasarkan syarat-syarat yang diajukannya.
Sementara itu, Ukraina bersedia bernegosiasi jika Rusia berhenti menggempur negaranya dan mengembalikan seluruh wilayah yang Moskow duduki selama invasi berlangsung. [rgo]