WahanaNews.co | Satu dekade yang lalu, hanya sedikit yang diketahui mengenai Xi, terlepas dari fakta bahwa dia adalah seorang "pangeran karena ayahnya merupakan salah satu pemimpin revolusioner China.
Seperti dilansir dari detikcom, garis keturunan itu membantunya memenangkan dukungan dari para tetua partai, yang berperan penting membawanya menguasai Partai Komunis China (PKC), karena para pemimpin ini sering kali masih memiliki pengaruh politik bahkan setelah pensiun.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
"Sebelum diangkat, Xi Jinping dianggap sebagai sosok yang bisa berkompromi dengan semua orang," kata Joseph Fewsmith, pakar politik elite China di Universitas Boston.
Tetapi 10 tahun kemudian, otoritas Xi tampaknya tidak perlu dipertanyakan lagi, dan kekuatannya tidak tertandingi. Bagaimana itu bisa terjadi?
Kekuatan politik tumbuh dari laras senjata
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Mao Zedong, bapak pendiri China Komunis, pernah mengatakan, "Kekuatan politik tumbuh dari laras senjata."
Setelah berdirinya Republik Rakyat China pada 1949, Mao memastikan bahwa partai lah yang mengendalikan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR), bukan negara. Sejak itu, pemimpin PKC juga menjadi ketua Komisi Militer Pusat (KMP).
Xi lebih beruntung dibandingkan pendahulunya, Hu Jintao, karena dia langsung menjadi ketua KMP.