Meskipun ayahnya adalah korban Mao, Xi tidak menaruh dendam pada Partai Komunis yang dipimpin Mao. Justru, dia berusaha agar bisa bergabung di dalamnya.
Xi berhasil menjadi anggota Partai Komunis China (PKC) pada 1974. Jabatan pertamanya sebagai sekretaris partai lokal di Hebei.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Lalu semakin kariernya beranjak naik, Xi berpindah-pindah posisi ke yang lebih tinggi, yakni sebagai Wakil Walikota Fujian, penjabat Gubernur dan sekretaris PKC Zhejiang, ketua partai PKC Shanghai, hingga ke lembaga pembuat keputusan tertinggi, Komite Tetap Politbitro.
Xi Jinping pun menang telak dalam pemungutan suara oleh Kongres Rakyat Nasional dengan 2.952 suara, sehingga terpilih menjadi Presiden China pada 14 Maret 2013.
Selama kepemimpinannya, Xi berhasil mengonsolidasi kekuasaan secara cepat. Dia telah mengampanyekan anti-korupsi nasional dengan “harimau dan lalat”, yang berakhir dengan lebih dari satu juta pejabat korup dihukum pada 2017.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Selain itu, Xi juga dikenal dengan visi “China’s Dream” tentang peremajaan besar bangsa China.
Xi mencanangkan proyek perdagangan One Belt One Road, hingga mengurangi industri negara yang membengkak.
Pengaruh Xi Jinping yang begitu besar membuat Partai Komunis mengeluarkan resolusi mengenai “pencapaian besar dan pengalaman sejarah” partai selama 100 tahun terakhir.