WahanaNews.co | Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali membuat inovasi kesehatan.
Lima mahasiswa UGM yang tergabung dalam tim Mosaic pada program kreativitas mahasiswa bidang kewirausahaan (PKM-K) mengembangkan inovasi obat kumur berbahan daun sukun.
Baca Juga:
Kedubes Ceko Resmi Buka Kantor Konjen Kehormatan di Yogyakarta Perkuat Hubungan
Ide ini muncul setelah melihat potensi untuk memanfaatkan daun sukun menjadi produk herbal komersil bagi masyarakat umum.
Inovasi ini diawali dengan mendalami sukun (Artocarpus altilis) sebagai tumbuhan yang umum ditemukan di wilayah tropis terutama, Asia.
Bagian pohon sukun yang paling sering dimanfaatkan adalah buahnya. Namun, daun pohon sukun juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan, obat herbal, dan pakan ternak.
Tim melakukan inovasi pembuatan obat kumur dengan bahan baku daun sukun yang dinamakan Mosaic (Mouthwash Organic).
Mosaic sendiri merupakan produk obat kumur yang terdiri dari 100 persen berbahan alami.
Baca Juga:
Pemkab Sleman Perbaiki 13 Jembatan untuk Keamanan dan Kenyamanan Masyarakat
“Bahan yang digunakan dalam pembuatannya adalah daun sukun, kayu manis, dan mint, dan daun sukun ini kaya akan kandungan senyawa-senyawa, salah satunya adalah flavonoid,” ujar salah salah satu anggota tim, Ghazy Atha Fadlurahman, dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu (11/10/2023).
Ghazy menjelaskan flavonoid berperan sebagai zat antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme bakteri.
Oleh karena itu, produk obat kumur yang dibuat Tim PKM-K UGM diharapkan dapat mengurangi penggunaan obat kumur berbahan baku bahan kimia.
“Tentu akan berisiko dan berbahaya jika sering menggunakan obat kumur berbahan baku kimia, apalagi sampai tertelan. Akan lebih aman serta dapat digunakan setiap hari obat kumur yang menggunakan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita,” jelas Ghazy.
Devita Wijaya Kusuma menuturkan produk obat kumur berbahan daun sukun ini telah dilengkapi dengan QR Code pada kemasannya.
Sehingga, akan mengarahkan konsumen untuk membuka media sosial Instagram Mosaic.
“QR Code ini bertujuan untuk memudahkan konsumen membuka media sosial Instagram Mosaic.
Dari situ konsumen akan mendapat informasi mengenai kegunaan Mosaic, manfaat setiap senyawa yang terkandung pada Mosaic, dan informasi lainnya yang dibutuhkan konsumen,” kata Devita.
Rakha Arya Cahya optimistis usaha Mosaic memiliki prospek yang baik ke depan.
Produk ini telah lolos dan memiliki hasil pengujian dari LPPT UGM terkait isi kandungan produk obat kumur serta mudah untuk mendapat bahan produksinya.
“Hanya saja, perlu pengenalan melalui kegiatan-kegiatan kesehatan maupun kerja sama dengan dokter gigi agar produk ini lebih dikenal oleh masyarakat. Mosaic ini pun telah memiliki media sosial sebagai upaya untuk mendukung pemasaran dengan username @pkmkugm_mosaic,” ungkap Rahka.
Tim Mosaic pada PKM-K UGM beranggotakan Ghazy Atha Fadlurahman, Rakha Arya Cahya, Dimas Faishal Ramadhani (Pengembangan Produk Agroindustri), Muhammad Farhan Akbar (Teknologi Industri Pertanian), dan Devita Wijaya Kusuma (Kedokteran Gigi) dibimbing Iman Sabarisman.
[Redaktur: Zahara Sitio]