WahanaNews.co | Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, rata-rata pengeluaran per kapita penduduk di Indonesia untuk obat mencapai angka 12,79 persen dari total biaya pengeluaran pelayanan kesehatan keseluruhan.
Angka tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun.
Penggunaan atau pemberian obat yang tidak tepat dapat memberikan dampak yang sangat fatal bagi pasien, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada pasien.
Baca Juga:
Ancam Kesehatan, BPOM Amankan Obat Ilegal Bernilai Rp 8,1 Miliar di Jawa Barat
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, terutama dalam ruang penyimpanan obat penting untuk memastikan ketersediaan obat yang memadai dan mutu obat terjaga.
Hal itu menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengobatan pasien.
Hal di atas menginspirasi lima mahasiswa jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga (FTMM Unair).
Kelima mahasiswa ini membuat artikel ilmiah berjudul Pengoptimalan Pengendalian Ruang Penyimpanan Obat di Unit Kesehatan.
Baca Juga:
BPOM Tingkatkan Asistensi untuk Percepat Penyediaan Obat Berkualitas
Mereka adalah Miftachul Jannah, Ulfariyah, Novelia Agata, Fajar Januar Aulia, dan Danang Sakti Wicaksono.
Mifta, selaku perwakilan mahasiswa menjelaskan mereka menawarkan alternatif solusi manajemen persediaan obat yaitu menggunakan program Pharmacy Computerized Inventory Program (PCIP) untuk merekap seluruh fase proses penggunaan obat.
“Program PCIP adalah program berbasis web sederhana untuk merekap seluruh fase proses penggunaan obat termasuk pemesanan, pengisian permintaan, distribusi dan pengeluaran, serta inventarisasi obat-obatan. Yang saat ini tersimpan dan grafik penggunaan obat secara real-time,” jelas Mifta dikutip dari laman unair.ac.id, Jumat (28/04/2023).
Selain itu, PCIP dapat menunjang sistem penyimpanan standar pelayanan kefarmasian sesuai dengan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014.
Meliputi penyimpanan obat menggunakan sistem First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO), penyimpanan sesuai bentuk sediaan, penyimpanan secara alfabetis, serta penyimpanan narkotika dan psikotropika terpisah dalam lemari khusus.
Mifta dan tim juga meneliti metode lain untuk meningkatkan pengoptimalan pengendalian ruang penyimpanan obat menggunakan stasiun kerja bernama ScanStation.
Dia menjelaskan ScanStation, yaitu sistem yang didesain khusus untuk pemindaian dokumen atau gambar dengan berbagai fitur dan kemampuan yang lebih canggih ketimbang scanner biasa.
“Metode itu dapat terpakai sebagai perangkat khusus untuk mendukung penggunaan komputer. Sekaligus meningkatkan manajemen persediaan obat pada keakuratan pencatatan lokasi,” ujar dia.
Mifta mengatakan masih terdapat beberapa metode lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Khususnya dalam ketersediaan obat, misalnya model pemrograman matematika (DR20) dan Model Predictive Control (MPC).
Metode-metode tersebut dapat meningkatkan pelayanan kesehatan keseluruhan dengan menaikkan taraf kepuasan pelanggan terhadap sistem pelayanan kesehatan.
Sehingga nantinya semua kebutuhan ataupun demand terhadap obat akan selalu terpenuhi.
“Penting ke depannya menerapkan pengoptimalan sistem yang berdasar model matematika yang baik sehingga nantinya dapat memberikan gambaran nyata terhadap sistem yang ada untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan manajemen persediaan obat-obatan,” ujar Mifta. [Tio/Medcom]