WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kentut bukan sekadar reaksi tubuh sembarangan, tetapi sinyal penting sistem pencernaan bekerja dan membuang gas berlebih dari makanan tinggi gas yang dikonsumsi.
Menurut ahli gizi klinis Ryan Fernando, memahami frekuensi kentut yang normal penting karena dapat menunjukkan kondisi kesehatan pencernaan seseorang dan memberi tanda dini bila ada masalah yang harus diwaspadai pada usus.
Baca Juga:
Sandbox Kesehatan 2025 Resmi Dibuka, Kemenkes Ajak Pelaku Teknologi Kesehatan Berinovasi
Gas yang keluar menunjukkan proses pencernaan berjalan sebagaimana mestinya karena tubuh memecah makanan dan menelan udara saat makan atau minum yang menghasilkan gas seperti nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hingga metana.
Gas biasanya terakumulasi dari pemecahan makanan atau udara yang tertelan, dan pelepasan gas setiap hari adalah tanda usus aktif meskipun gas berlebihan bisa terjadi karena makanan tertentu, makan terlalu cepat, atau gangguan pencernaan seperti intoleransi laktosa atau sindrom iritasi usus besar.
Fernando menyebut sebagian besar orang kentut 10 hingga 20 kali per hari dan sebagian besar gas tersebut tidak berbau sehingga bila berada di kisaran itu maka kondisi pencernaan dapat dikatakan normal, meski frekuensi bisa berubah akibat faktor makanan, rutinitas, dan kondisi biologis.
Baca Juga:
Fenomena Mikroplastik di Air Hujan Jadi Alarm Polusi Lingkungan, Kemenkes dan BRIN Angkat Suara
Namun, lebih dari 20 kali dalam sehari dapat menjadi penanda ketidakseimbangan pencernaan dan bisa dipicu makanan tertentu seperti kacang-kacangan, sayuran seperti brokoli dan kubis, makanan tinggi serat, hingga minuman bersoda.
Gas berlebih juga bisa disebabkan sembelit, IBS, ketidakseimbangan mikrobiota usus, cara makan cepat yang membuat udara mudah tertelan, tingkat stres tinggi yang memengaruhi pencernaan, serta konsumsi pemanis buatan atau obat tertentu.
Kentut terlalu sering disertai nyeri perut, kembung, atau perubahan pola buang air besar perlu diwaspadai karena bisa menandakan gangguan pencernaan sehingga penting untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan demi penanganan tepat.
Untuk mengurangi gas berlebih secara alami, Fernando menyarankan makan perlahan dan mengunyah baik agar udara tidak mudah tertelan, memastikan tubuh terhidrasi, membatasi minuman berkarbonasi, dan meningkatkan konsumsi serat secara bertahap.
Ia juga menyarankan konsumsi probiotik untuk membantu flora usus, berolahraga setiap hari untuk memperlancar metabolisme, serta menjaga keseimbangan nutrisi antara protein, karbohidrat, dan lemak.
Meski banyak orang cemas dengan gas berlebih, terlalu sedikit gas juga bukan tanda baik karena bisa menunjukkan gerakan usus lambat atau enzim pencernaan rendah yang menghambat pemecahan makanan dan penyerapan nutrisi.
Memperhatikan sinyal tubuh, baik saat gas terlalu banyak maupun terlalu sedikit, membantu mendeteksi gangguan pencernaan sejak dini sehingga langkah tepat dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan usus jangka panjang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]