WAHANANEWS.CO, Jakarta - Bagi banyak orang, menyesap secangkir teh hangat setelah makan menjadi rutinitas yang menenangkan.
Aromanya yang khas dan rasanya yang lembut membuat teh sering dipilih sebagai minuman penutup setelah menyantap makanan berat.
Baca Juga:
Tips Sehat Mengonsumsi Buah yang Mengandung Gula Tinggi
Kebiasaan ini juga sering dianggap bermanfaat karena dipercaya mampu membantu pencernaan serta menyegarkan mulut.
Namun, meski terlihat menyehatkan, ternyata minum teh tepat setelah makan bisa memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan jika dilakukan terlalu sering.
Hal ini dijelaskan dalam artikel kesehatan yang dilansir dari halodoc.com, yang mengungkap bahwa meskipun minum teh memang terasa menyegarkan, kebiasaan tersebut justru dapat memengaruhi penyerapan nutrisi penting dalam tubuh.
Baca Juga:
Tips Menurunkan Berat Badan dengan Nutrisi Lengkap dan Porsi Tepat
Salah satu alasan utama mengapa minum teh setelah makan bisa berdampak negatif adalah karena teh mengandung asam fitat.
Zat ini diketahui dapat menghambat penyerapan beberapa mineral penting seperti zat besi, seng, dan magnesium.
Jika kebiasaan ini dilakukan terus-menerus, tubuh bisa mengalami defisiensi zat besi yang pada akhirnya berisiko menyebabkan anemia.
Tidak hanya itu, teh juga mengandung tanin, senyawa bersifat astringen yang dapat mempengaruhi fungsi saluran pencernaan.
Tanin bisa memperlambat proses kerja usus dalam mencerna makanan.
Akibatnya, beberapa orang mungkin mengalami masalah seperti konstipasi atau sembelit, dan pada kondisi tertentu, bisa juga menyebabkan diare.
Kondisi ini akan semakin berisiko bagi individu yang memiliki gangguan lambung, seperti gastritis atau GERD.
Minum teh setelah makan bisa memicu produksi asam lambung berlebih, yang kemudian menimbulkan gejala seperti perih di perut, rasa mual, heartburn (sensasi panas di dada), dan bisa memperburuk iritasi lambung yang sudah ada.
Dalam sebuah studi berjudul Association between Tea Consumption and Gastroesophageal Reflux Disease yang dipublikasikan pada tahun 2019, disebutkan bahwa "secara umum tidak ada hubungan signifikan antara konsumsi dan risiko GERD."
Namun, para peneliti mencatat bahwa dalam analisis sub-kelompok tertentu, konsumsi teh justru dapat meningkatkan risiko GERD pada individu dengan kondisi khusus.
Oleh karena itu, penelitian lanjutan masih sangat dibutuhkan untuk memahami kaitan ini secara lebih mendalam.
Agar tidak mengganggu sistem pencernaan dan tetap bisa mendapatkan manfaat teh, para ahli menyarankan agar memberi jeda waktu sekitar 30 hingga 60 menit setelah makan sebelum mengonsumsi teh.
Jeda ini memberi waktu bagi tubuh untuk mulai menyerap nutrisi dari makanan secara optimal.
Sebagai alternatif, air putih bisa menjadi pilihan yang lebih aman dan mendukung proses pencernaan.
Selain tidak mengganggu penyerapan nutrisi, air putih juga membantu memperlancar metabolisme tubuh tanpa efek samping bagi lambung.
Dengan memahami dampaknya, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam menentukan waktu terbaik untuk menikmati teh, agar kesehatan tetap terjaga dan manfaat teh bisa dirasakan secara maksimal.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]