Namun, pada 2017, Ogoina, seorang profesor kedokteran dan penyakit menular di Niger Delta University memperhatikan bahwa bocah lelaki berusia 11 tahun itu tidak melakukan kontak dengan hewan. Virus itu menyebar di antara keluarganya.
Pertama menginfeksi pamannya, kemudian menyebar ke ibu, ayah, dan adik laki-lakinya.
Baca Juga:
Berikut Tips Pencegahan Cacar Monyet Agar Tidak Tertular
Setelah mengirimkan sampel lesi anak laki-laki itu ke laboratorium di Senegal, Ogoina mengonfirmasikan kecurigaannya, yakni bahwa anak laki-laki itu terjangkit kasus cacar monyet pertama di Nigeria dalam 38 tahun.
Wabah pada 2017 itu kemudian tumbuh menjadi 200 kasus yang dikonfirmasi di Nigeria.
Sejak itu, virus cacar monyet berubah dari penyakit langka menjadi endemik di Afrika dengan kasus menyebar terutama di kalangan pria muda, gay, dan biseksual. Meskipun virus ini bukan endemik di AS, Ogoina mengatakan kepada Fox News bahwa menurut pendapatnya, virus itu menunjukkan tanda-tanda menjadi "PMS yang sudah tak terbantahkan".
Baca Juga:
Kasus Cacar Monyet di Jakarta Barat Bertambah Jadi 10 Orang
"Ini berarti virus menyebar di antara populasi AS seperti penyakit lain, seperti klamidia, gonore, atau HIV," ujar Ogoina.
Pada 2021, AS mengonfirmasi dua kasus cacar monyet dari pelancong yang datang dari Nigeria.
Kini, kurang dari satu tahun kemudian, kasus cacar monyet semakin bertambah.