WAHANANEWS.CO, Jakarta - Selama ini, banyak masyarakat percaya bahwa demam adalah bagian dari proses alami saat anak tumbuh gigi.
Namun, anggapan tersebut rupanya tidak sepenuhnya benar.
Baca Juga:
Sebelum Imunisasi, Dokter Tak Anjurkan Beri Obat Penurun Demam kepada Anak
Dokter gigi spesialis anak lulusan Universitas Indonesia, drg. Aliyah, Sp.KGA, menegaskan bahwa demam bukan disebabkan oleh tumbuh gigi.
“Tidak, itu adalah mitos, pandangan yang sangat salah. Saya sudah beberapa kali jelaskan bahwa semenjak lahir, kalau kita menjaga rongga mulut kita dengan baik, pada saat usia tumbuh gigi tidak akan terjadi yang namanya demam,” terang drg dikutip, Jumat (09/05/2025).
Ia menjelaskan bahwa demam umumnya disebabkan oleh akumulasi sisa makanan atau minuman yang memicu pertumbuhan bakteri tidak seimbang di dalam rongga mulut.
Baca Juga:
Trik Ampuh Mengatasi Masuk Angin dengan Alami
Demam juga bisa menjadi respons tubuh terhadap keberadaan zat asing yang masuk.
Menurut drg. Aliyah, jika kebersihan mulut, termasuk langit-langitnya, dijaga dengan baik sejak bayi, maka demam saat tumbuh gigi tidak akan terjadi.
“Dari mulai bayi, gusi, lidah, langit-langit itu harus dibersihkan. Kalau itu dilakukan aku jamin tidak akan ada yang namanya mitos tumbuh gigi anak itu pasti demam,” jelasnya.
Meski begitu, ia mengakui bahwa proses tumbuh gigi bisa menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak.
Ia juga membantah mitos lain yang menyebut tumbuh gigi menyebabkan air liur anak terus menetes.
Dalam penjelasannya, drg. Aliyah menyampaikan bahwa saat bayi mulai diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI), rahang akan mulai terstimulasi untuk tumbuh.
Produksi air liur hanya terjadi saat mengunyah, bukan sepanjang waktu.
Ia mengingatkan bahwa ASI, susu formula, maupun makanan mengandung gula yang bisa menempel di dalam mulut.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengenalkan kebiasaan membersihkan mulut sedini mungkin.
Untuk bayi, orangtua bisa menggunakan kasa dan air hangat untuk membersihkan gusi, lidah, dan langit-langit mulut.
Saat gigi mulai tumbuh (usia 6 bulan hingga 1 tahun), anak bisa diperkenalkan dengan sikat gigi khusus. Tujuannya, agar anak terbiasa dengan berbagai metode perawatan mulut.
Bayi usia 6–9 bulan sudah dapat mulai dikenalkan dengan pasta gigi berfluoride, asalkan digunakan dalam jumlah sangat sedikit.
“Yang perlu diingat di anak-anak itu bukan hanya gigi susu tetapi ada gigi tetap sehingga gigi susunya ada 20, gigi tetapnya ada 32. Bayangkan kalau di gigi dewasa itu cuma 32, di gigi anak-anak itu ada 52, sehingga pemberian fluoride itu sangat penting,” ungkap dokter yang praktik di RS Medistra Jakarta ini.
Lebih lanjut, drg. Aliyah juga menjelaskan kesalahpahaman orangtua mengenai pasta gigi berfluoride yang dianggap berbahaya jika tertelan.
Ia menekankan pentingnya membiasakan anak untuk meludah setelah menyikat gigi, namun tidak berkumur.
“Soal tertelan, yang sering miskomunikasi di antara para orangtua adalah tidak boleh tertelan. Semua fluoride itu harus tertelan memang, ada tagline-nya spit don't rinse yaitu meludah jangan dikumur. Jadi biasakan anak-anak itu untuk meludah tetapi jangan berkumur. Kenapa? agar fluoride-nya tetap melekat di gigi sehingga bisa berfungsi dengan baik,” lanjutnya.
Selain itu, ia menyebut bahwa struktur dan kekuatan gigi anak juga dipengaruhi oleh faktor genetik.
Sejak masih berbentuk embrio, gigi dan rahang memiliki peluang yang sama untuk mewarisi bentuk dari ayah maupun ibu.
“Karena proses ayah dan ibu itu pada saat pembentukan gigi dan tulang rahang itu sama, jadi anak bisa menurunkan rahang ayahnya, atau kebalikan semua ikut ibunya itu bisa juga, seperti itu,” terangnya.
Namun, faktor lingkungan juga memainkan peran penting.
Salah satunya adalah kebiasaan berbagi alat makan dengan anggota keluarga lain, yang dapat meningkatkan risiko perpindahan bakteri.
Ia menekankan pentingnya menjaga kebersihan alat makan dan sikat gigi secara individu.
Bahkan kebiasaan menggigit es batu pun dapat membahayakan gigi karena bisa mengikis lapisan enamel jika dilakukan terlalu sering dan lama.
“Namun kalau untuk masalah genetik semuanya bisa dicegah. Caranya adalah kalau dia pembersihannya baik, kalau dia melakukan cek gigi ke dokter empat bulan sekali, saya yakin masalah seperti (gigi) berlubang itu bisa tertangani dengan baik,” pungkasnya.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]