WahanaNews.co | Epidemiolog
dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengungkapkan kini muncul varian
baru Covid-19 yang lebih mematikan, atau dikenal dengan varian super. Bukan tak
mungkin varian ini muncul di Indonesia.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Mutasi varian baru SARS-CoV-2, kata dia, bisa muncul dari
negara atau wilayah yang tidak mampu menekan laju penularan virus seperti di
Indonesia.
"Sangat jelas ada banget Indonesia bisa menghasilkan
varian baru Covid-19 super itu sangat jelas. Karena pandemi kita tak
terkendali," kata Dicky, Sabtu (24/7).
Secara global, sudah ditemukan empat varian varian virus
corona yakni varian Alpha, varian Beta, varian Gamma dan varian Delta. Nama
terakhir disebut-sebut pertama kali diidentifikasi di India.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Dicky menyebut indikator sebuah wabah virus corona tak
terkendali, apabila angka positivity rate melebihi standar yang ditetapkan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 persen.
Positivity rate merupakan perbandingan antara jumlah kasus
positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan. Sementara angka positivity
rate Indonesia belakangan ini berkali-kali lipat lebih tinggi ketimbang standar
WHO tersebut.
"Bisa dipastikan Indonesia sangat berpotensi besar
melahirkan mutasi virus corona varian baru yang super," kata Dicky.
Dicky menjelaskan ada tiga kriteria mutasi virus corona
varian baru masuk kategori yang mengkhawatirkan atau varian super. Pertama
yakni memiliki kecepatan penularan. Kedua, kemampuan menimbulkan gejala parah
bahkan kematian. Terakhir mampu menurunkan efikasi antibodi setelah vaksinasi.
Dicky menilai masyarakat Indonesia saat ini masih buta
dengan situasi corona yang ada di negaranya sendiri. Terlebih, upaya untuk
mendeteksi penularan mutasi virus corona atau whole genome sequencing yang
menyebar saat ini masih amat terbatas.
Sepanjang pandemi, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante
Saksono Harbuwono mencatat per 10 Juni 2021 lalu total baru sebanyak 2.000
sampel acak yang dilakukan whole genome sequencing di Indonesia.
Meski demikian, Dicky menilai masih sulit untuk memastikan
apakah sudah ada mutasi varian baru corona yang dilahirkan di Indonesia saat
ini. Ia hanya mengatakan potensi tersebut masih sangat besar terjadi.
Dicky turut mengingatkan upaya terpenting mencegah munculnya
varian baru yang lebih berbahaya dengan menghambat penyebarannya. Salah satunya
tetap melaksanakan strategi testing, tracking dan treatment secara luas.
"Lalu jangan lupa 5M, vaksinasi dan visitasi. Tanpa
adanya itu, banyak kasus Covid terlewatkan yang artinya terjadi pengabaian
dalam mencegah penyebaran di komunitas," kata Dicky.
Senada, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eikjman Amin
Soebandrio mengatakan varian baru Covid-19 bisa muncul tidak hanya Indonesia.
Tetapi bisa di semua negara karena virus tersebut bermutasi kapan saja dan
dimana saja.
"Varian baru corona bisa muncul di negara lain bisa di
Indonesia," kata Amin kepada CNNIndonesia.com.
Ke depan, Amin mengatakan varian Covid-19 yang mendominasi
bukan hanya delta, tetapi varian baru yang lain. Amin menekankan varian baru
tidak selalu merupakan turunan dari varian Covid-19 yang ada sekarang.
"Sekarang kan varian Covid di ada 4. Walaupun yang
masuk Indonesia baru tiga. Bisa saja varian baru itu dari varian yang aslinya.
Dari yang Wuhan dulu mengalami mutasi terus jadi varian baru," tegas Amin.
Amin menggarisbawahi, varian baru Covid-19 bermutasi bisa
jadi karena lolos dari tekanan lingkungan, baik obat, antibodi dan faktor lain.
[qnt]