Lisa Lowe, mahasiswa pascasarjana UCLA yang juga terlibat dalam studi ini, menjelaskan bahwa meskipun produk permen karet alami menggunakan polimer berbasis tanaman yang lebih ramah lingkungan, hal itu tidak berarti terbebas dari plastik sepenuhnya.
"Salah satu temuan paling mengejutkan adalah baik permen karet alami maupun sintetis ternyata sama-sama melepaskan banyak mikroplastik," ungkap Lowe.
Baca Juga:
Fenomena Mikroplastik di Air Hujan Jadi Alarm Polusi Lingkungan, Kemenkes dan BRIN Angkat Suara
Penelitian ini menemukan bahwa kedua jenis permen karet mengandung polimer seperti poliolefin, polietilena tereftalat, poliacrilamida, dan polistirena. Menurut Mohanty, kontaminasi mikroplastik ini bisa terjadi selama proses pengolahan atau pengemasan produk.
Dalam eksperimen, peserta diminta mengunyah tujuh potong permen karet dari setiap merek, satu per satu, selama empat menit untuk menghasilkan sampel air liur.
Hasilnya, rata-rata 100 partikel mikroplastik dilepaskan per gram permen karet, dengan beberapa sampel bahkan mencapai 600 partikel per gram.
Baca Juga:
Tak Hanya Banjir, Hujan di Jakarta Kini Juga Bawa Mikroplastik Berbahaya ke Udara
"Artinya, setiap kali kita mengunyah permen karet, sekitar 200 hingga 250 partikel mikroplastik masuk ke dalam tubuh," kata Mohanty.
Meski demikian, dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia masih belum sepenuhnya dipahami.
"Kita tahu bahwa paparan asbes bisa menyebabkan kanker, tetapi efek dari mikroplastik terhadap kesehatan manusia masih dalam tahap penelitian," tambahnya.