WahanaNews.co, Jakarta - Selama dekade terakhir, mikroplastik jadi permasalahan yang signifikan di dalam lingkungan kita.
Mikroplastik merupakan partikel kecil dari plastik yang berasal dari berbagai sumber, termasuk sampah plastik, tekstil, serta produk perawatan pribadi seperti sabun dan produk pembersih wajah.
Baca Juga:
RDF Plant Jakarta Solusi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan dan Berpotensi Hasilkan PAD yang Cukup Besar
Ukuran yang sangat kecil dari partikel ini memungkinkan mereka untuk dengan mudah melewati proses penyaringan air dan tersebar di seluruh lingkungan kita. Butiran plastik kecil ini sering kali ditemukan dalam limbah industri atau terbentuk melalui degradasi dari limbah plastik yang lebih besar.
Sebanyak sepuluh juta ton mikroplastik ini akhirnya mencapai laut, dilepaskan melalui percikan air laut, dan bahkan masuk ke dalam atmosfer.
Ini berarti bahwa mikroplastik mungkin telah menjadi salah satu komponen utama dalam awan, serta mengkontaminasi hampir semua makanan dan minuman yang kita konsumsi melalui apa yang sering disebut sebagai "hujan plastik."
Baca Juga:
Tak Ada Lagi Impor Sampah Plastik, Menteri Hanif Siap Awasi dan Tindak Pelanggar
Walaupun mayoritas penelitian terkait mikroplastik telah berfokus pada ekosistem perairan, sedikit sekali yang telah mengkaji dampaknya terhadap pembentukan awan dan perubahan iklim.
Menurut laporan dari Technology Networks, penelitian terbaru yang dipimpin oleh Profesor Hiroshi Okochi dari Universitas Waseda telah menyelidiki jalur perjalanan mikroplastik di atmosfer, yang memiliki dampak negatif pada kesehatan manusia dan iklim.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Environmental Chemistry Letters dengan kontribusi dari rekan penulis Yize Wang dari Universitas Waseda dan Yasuhiro Niida dari PerkinElmer Japan Co. Ltd. Okochi mengungkapkan bahwa keberadaan mikroplastik di troposfer memengaruhi polusi global.