Jung menjelaskan bahwa beberapa faktor telah menyebabkan fenomena ini.
Sebagai contoh, peningkatan konsumsi makanan olahan, asupan makanan yang tinggi gula, kurangnya aktivitas fisik, tingkat stres, dan kondisi kerja yang buruk dapat berperan dalam percepatan penuaan.
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Banyak penelitian yang menghubungkan antara obesitas dan proses penuaan yang lebih cepat.
Obesitas diyakini dapat berkontribusi pada kerusakan DNA yang berkembang seiring bertambahnya usia.
Hasil studi yang dilakukan oleh Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea menunjukkan bahwa lebih dari setengah populasi pria berusia 30-an dan 40-an mengalami obesitas.
Baca Juga:
Program KKS, Milik Semua Instansi dan Masyarakat Dairi
Persentasenya adalah 54,9 persen untuk kelompok usia 30-an dan 54,2 persen untuk kelompok usia 40-an.
Sebelum munculnya pandemi COVID-19, prevalensi obesitas pada kelompok usia ini sedikit lebih rendah, yakni masing-masing sekitar 48,9 persen dan 46,2 persen.
Studi ini menunjukkan bahwa penurunan massa otot, atau yang dikenal sebagai sarcopenia, baik secara mandiri atau bersamaan dengan peningkatan lemak tubuh, dapat meningkatkan risiko gangguan kognitif, menjadi salah satu pemicu percepatan proses penuaan.