WAHANANEWS.CO, Jakarta - Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) mengingatkan pentingnya deteksi dini penyakit jantung bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda.
Pesan ini disampaikan dalam rangka memperingati Hari Jantung Sedunia yang jatuh pada akhir September 2025.
Baca Juga:
Rokok Mentol Lebih Berbahaya dari Rokok Biasa, Ini Alasannya
Ketua Perki, Ade Meidian Ambari, menegaskan bahwa peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan langkah utama menekan angka kematian akibat penyakit tersebut.
Upaya itu bisa dilakukan dengan cara sederhana, yakni rutin melakukan deteksi dini, mengendalikan faktor risiko, serta menerapkan pola hidup sehat.
"Jangan abaikan gejala nyeri dada, sesak napas, atau kaki bengkak. Perki mengajak masyarakat untuk deteksi dini, mengendalikan faktor risiko, dan menjaga pola hidup sehat," ujarnya, Senin (29/9/2025).
Baca Juga:
Cara Cegah Komplikasi Pasca Pasang Ring, dari Teknologi hingga Gaya Hidup Sehat
Ade menjelaskan, saat ini Indonesia sudah memiliki kemajuan teknologi medis yang signifikan, terutama dalam tata laksana penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Bahkan, berbagai inovasi di bidang kardiologi di Indonesia telah mendapat pengakuan internasional melalui kerja sama dengan institusi di Amerika, Eropa, dan Asia.
Ia menambahkan, Perki berkomitmen memperkuat sistem penanganan serangan jantung akut agar pasien bisa mendapatkan pertolongan cepat, tepat, dan efektif sehingga angka kematian dapat ditekan.
Data dari World Heart Federation (WHF) menunjukkan, penyakit kardiovaskular (CVD) masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia.
Pada 2021, tercatat lebih dari 20,5 juta kematian akibat penyakit ini, meningkat hingga 60 persen dibandingkan tahun 1990.
"Sekitar 85 persen kematian tersebut disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Perki juga mencatat klaim pembayaran oleh BPJS Kesehatan untuk penanganan penyakit jantung pada 2024 mencapai Rp19 triliun dengan 22,5 juta kasus, meningkat dari tahun sebelumnya yang Rp12,5 triliun," ujar Ade.
Senada dengan itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menuturkan bahwa biaya klaim BPJS untuk penyakit jantung memang selalu mengalami kenaikan setiap tahun.
Penyebabnya tidak hanya karena peningkatan kasus yang ditemukan, tetapi juga karena semakin banyak masyarakat yang melakukan pemeriksaan dan mendapatkan tindakan medis.
"Pada tahun 2021, kami mencatat jumlah klaim untuk penyakit jantung sebesar Rp8,6 triliun. Namun, tahun lalu telah capai Rp19 triliun, dan untuk tahun ini kita terus memberikan edukasi dalam penanganan penyakit jantung," ujarnya.
Sebagai bentuk pengabdian sekaligus edukasi publik, para dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di seluruh Indonesia sepanjang September 2025 menggelar berbagai kegiatan serentak.
Perki bersama tenaga kesehatan, institusi pendidikan, komunitas olahraga, hingga pemangku kebijakan mengajak seluruh masyarakat untuk bergerak bersama menekan angka kematian akibat penyakit jantung.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]