“Banyak orang berpikir menggali sedalam mungkin. Itu sebenarnya dapat menyebabkan beberapa hasil positif palsu. Ingus, rambut, darah, dan tambahan lainnya dapat mengganggu kemampuan tes untuk mengidentifikasi antigen SARS-CoV-2," kata Baird.
Walau begitu, standar emas pengujian Covid19 yakni dengan tes PCR atau juga dikenal sebagai pengujian molekuler, ungkap pakar kesehatan dari Johns Hopkins Center for Health Security, Gigi Gronvall, Ph.D. Namun, tes antigen bisa sama sensitifnya dengan tes PCR ketika seseorang mengalami gejala.
Baca Juga:
Kemenkes Katakan Kasus Kematian Akibat Virus Corona di Indonesia Kembali Meningkat
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan, meskipun spesifisitas tinggi dari tes antigen, hasil positif palsu bisa saja terjadi. "Secara umum, untuk semua tes diagnostik, semakin rendah prevalensi infeksi di masyarakat, semakin tinggi proporsi hasil tes positif palsu,” ungkap CDC. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.