WahanaNews.co | Kasus pertama cacar monyet atau monkeypox di Indonesia diidentifikasi melalui laporan hasil pemeriksaan PCR.
Ternyata pemeriksaan tersebut berbeda dengan tes yang dijalani untuk Covid-19. Tes PCR pada Covid-19 menggunakan sampel swab dari hidung dan tenggorokan. Untuk cacar monyet dengan melakukan swab pada ruam di tubuh pasien.
Baca Juga:
Banyak Warga Israel Masuk RS, Ini Fakta-fakta Serangan Virus Mematikan West Nile
"Pemeriksaan PCR monkeypox ini berbeda dengan pemeriksaan PCR Covid-19. PCR monkeypox dilakukan dengan swab pada ruam-ruam yang ada di tubuh pasien," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, dikutip dari laman Sehat Negeriku, Senin (22/8/2022).
Sejauh ini, PCR untuk monkeypox baru bisa dilakukan di dua tempat. Salah satunya di laboratorium rujukan nasional BKPK Kementerian Kesehatan serta laboratorium Institut Pertanian Bogor.
Laboratorium juga sedang dalam proses penambahan berjumlah 10 tempat dan sejumlah rumah sakit juga disebut telah dapat melakukan PCR. Syahril juga mengatakan Kementerian Kesehatan menyiapkan 1.200 reagen untuk pemeriksaan penyakit ini.
Baca Juga:
Demam Lassa Menyebabkan 156 Kematian di Nigeria dalam Empat Bulan Terakhir
Sebelumnya dilaporkan satu kasus ditemukan di Indonesia terkait cacar monyet. Pasien tersebut adalah laki-laki berusia 27 tahun dan punya riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia dan Prancis sebelumnya.
Pasien itu dilaporkan ke luar negeri antara 22 Juli dan tiba di Jakarta 8 Agustus 2022. Pasien mengalami gejala awal penyakit pada 11 Agustus 2022.
Setelah melakukan konsultasi ke sejumlah fasilitas kesehatan, pasien masuk ke rumah sakit milik Kemenkes tanggal 18 Agustus 2022. Keesokan harinya hasil tes PCR menunjukkan pasien terkonfirmasi positif cacar monyet.
Syahril menjelaskan pasien dalam keadaan baik dan tidak sakit berat. Ditemukan sejumlah ruam di area wajah, telapak tangan dan juga kaki.
"Saat ini pasien dalam keadaan baik, tidak sakit berat dan ada cacarnya atau ruam-ruamnya di muka, di telapak tangan dan kaki. Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit, tapi cukup isolasi mandiri," jelas Syahril. [qnt]