WahanaNews.co | Saat merasa gatal, umumnya kita akan menggaruknya sebagai reaksi alami.
Gatal merupakan kondisi yang biasa terjadi. Keluhan ini sering kali hilang dengan sendirinya, tetapi terkadang dirasa cukup parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Rasa gatal pun dipengaruhi oleh banyak faktor. Misal, karena penyakit kulit, bekas luka yang hendak kering, atau bisa menjadi pertanda jika kamu tengah mengidap penyakit tertentu.
Selain gatal yang biasa dialami, gatal juga bisa menjadi gejala polineuropati diabetik. Hal ini merupakan kondisi yang berkembang saat diabetes menyebabkan kerusakan saraf.
Kondisi kulit tertentu yang berkembang akibat diabetes juga dapat menyebabkan kulit gatal.
Baca Juga:
Program KKS, Milik Semua Instansi dan Masyarakat Dairi
Dengan kata lain, seseorang dengan diabetes tidak boleh mengabaikan kulit gatal. Kulit kering, teriritasi, atau gatal lebih mungkin terinfeksi bagi penderita diabetes dibandingkan mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut. Nah, berikut perbedaan gatal kulit biasa dan gatal akibat diabetes yang harus kamu ketahui.
Perbedaan gatal biasa dengan gatal diabetes
Sebagaimana yang dilansir laman Medical News Today, diabetes dapat menyebabkan area gatal lokal.
Ada beberapa alasan mengapa penderita diabetes mungkin mengalami gatal lebih sering daripada yang lain. Terkadang, gatal bisa terjadi akibat rusaknya serabut saraf di lapisan luar kulit.
Sering kali, penyebab gatal terkait diabetes adalah polineuropati diabetik atau neuropati perifer. Ini adalah komplikasi diabetes yang berkembang ketika kadar glukosa darah tinggi menyebabkan kerusakan pada serabut saraf, terutama di kaki dan tangan.
Sementara itu, mengutip dari Halodoc, perbedaan gatal biasa dengan diabetes sendiri terletak pada penyebabnya. Gatal biasa akan terjadi karena adanya infeksi virus, jamur, atau bakteri.
Sedangkan gatal karena diabetes berasal dari pembuluh darah, sehingga pada banyak kasus, rasa gatal pada pengidap diabetes dapat menyebabkan luka. Sayangnya, kedua kondisi tersebut akan sangat sulit dibedakan secara kasat mata.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peningkatan sitokin pada akhirnya mungkin ada hubungannya dengan kerusakan saraf diabetes.
Kadang-kadang, rasa gatal yang terus-menerus dapat mengindikasikan bahwa seseorang dengan diabetes berisiko mengalami kerusakan saraf karena peningkatan kadar sitokin.
Beberapa orang dengan diabetes mungkin mengalami kulit gatal sebagai efek samping yang merugikan dari obat baru atau memiliki reaksi alergi terhadapnya.
Kondisi kulit diabetes
Terkadang kondisi kulit yang mendasarinya bisa menyebabkan gatal. Orang dengan diabetes dapat lebih mudah terkena kondisi kulit dan infeksi tertentu daripada orang yang tidak menderita diabetes.
Contohnya:
- Infeksi jamur, seperti penyakit kaki atlet dan gatal di selangkangan dapat menyebabkan gatal. Kulit juga bisa menjadi merah, panas, atau bengkak. Terkadang, lepuh kecil berkembang dan mengeluarkan cairan. Jamur mirip ragi Candida albicans sering bertanggung jawab atas infeksi ini.
- Necrobiosis lipoidica diabeticorum (NLD), merupakan kulit langka yang biasanya berkembang di kaki bagian bawah. NLD dimulai sebagai bintik merah kusam dengan permukaan terangkat yang berkembang menjadi lesi seperti bekas luka dengan batas gelap. Ini dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal.
- Xanthomatosis erupsi, lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Kondisi ini membentuk lesi kuning pada kulit seukuran kacang. Bintik-bintik tersebut sering terjadi pada tungkai, telapak kaki, tangan, lengan, dan bokong. Setiap benjolan akan memiliki cincin merah di sekitarnya dan mungkin terasa gatal.
Orang juga bisa mengalami gatal-gatal akibat sirkulasi yang buruk. Dalam kasus ini, gatal lebih mungkin terjadi di bagian bawah kaki.
Produk kulit yang mengandung pewangi, pewarna, dan sabun yang kuat dapat mengeringkan kulit, menyebabkan gatal. Kulit juga bisa kering atau menjadi sensitif di musim dingin.
[Redaktur: Zahara Sitio]