WahanaNews.co | Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi meminta masyarakat untuk tidak menganggap enteng dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara seperti pneumonia.
"Ketika pandemi Covid-19, banyak korban yang meninggal karena pneumonia, artinya tidak bisa dianggap enteng karena bisa menimbulkan kematian," ujarnya dalam diskusi terkait polusi udara yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (31/8/2023).
Baca Juga:
Korupsi APD Kemenkes, KPK Ungkap Satu Tersangka Beli Pabrik Air Minum Kemasan Rp60 Miliar
Nadia mengatakan pneumonia merupakan dampak berkepanjangan dari polusi udara yang disepelekan.
Mula-mula, dia menjelaskan, diawali dengan batuk dan pilek, yang diakibatkan oleh reaksi alergi terhadap polutan yang berada di udara selama berkepanjangan.
Lama-kelamaan, sambungnya, akan berpengaruh kepada kondisi kesehatan yang tidak fit, yang dapat memperbesar risiko penularan bakteri hingga terjadinya infeksi.
Baca Juga:
Kemenkes: Dampak Pestisida Sistemik pada Anggur Muscat Bisa Bertahan Meski Dicuci
"Pada kondisi berat, infeksi bakteri tersebut dapat menjadi pneumonia," jelasnya.
Selain itu, kata Nadia, para penderita asma umumnya akan lebih sering mendapat serangan asma di kala terpapar polusi udara. Jika masyarakat terus terkontaminasi dengan polusi udara dalam waktu yang lama, sambungnya, maka dapat menyebabkan hal buruk pada kesehatan manusia.
"Dalam jangka panjang keterpaparan terhadap polutan ini, tentunya akan ada penyakit lagi yang kita lihat tiga terbanyak, yaitu kanker paru, TB, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)," ungkap Nadia.
Untuk itu, kata Nadia, Kemenkes RI telah melakukan berbagai upaya, yang diawali dengan melakukan kampanye gerakan 6M&1S, yang terdiri atas memeriksa kualitas udara melalui aplikasi atau laman web, kedua mengurangi aktivitas luar ruangan dan menutup ventilasi rumah, kantor, sekolah, dan tempat umum di saat polusi udara tinggi, dan ketiga menggunakan penjernih udara dalam ruangan.
Kemudian, keempat menghindari sumber polusi dan asap rokok, kelima menggunakan masker saat polusi udara tinggi, keenam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta segera konsultasi secara daring atau luring dengan tenaga kesehatan jika muncul keluhan pernapasan.
"Ini yang tentunya menjadi langkah kita bersama, maka masyarakat perlu menjaga diri dan jangan anggap enteng (soal dampak polusi udara)," tutup Siti Nadia Tarmizi.
[Redaktur: Zahara Sitio]