WahanaNews.co | Kontak kulit-ke-kulit ketika berhubungan badan adalah penyebab utama penularan cacar monyet, dibandingkan melalui udara. Ini adalah kesimpulan studi terbaru yang diterbitkan di jurnal medis terkemuka, The Lancet.
Penelitian ini juga merupakan penelitian terluas tentang cacar monyet hingga saat ini. Penelitian menunjukkan bahwa infeksinya seringkali muncul dengan gejala dan komplikasi yang tidak normal dibandingkan epidemi atau kasus-kasus di daerah endemik sebelumnya.
Baca Juga:
Berikut Tips Pencegahan Cacar Monyet Agar Tidak Tertular
Para peneliti menekankan ini harus diperhitungkan para profesional medis ketika mendiagnosis kasus yang dicurigai sebagai cacar monyet.
Mereka memperingatkan kemungkinan tersebut, terutama di daerah-daerah dengan penularan atau potensi pajanan tinggi.
Studi tersebut merupakan kolaborasi peneliti internasional dari Hospital Universitario 12 de Octubre, Germans Trias University Hospital, Valld'Hebron University Hospital, dan Fight Against Infections Foundation yang berada di Spanyol, dengan London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM) di Inggris.
Baca Juga:
Kasus Cacar Monyet di Jakarta Barat Bertambah Jadi 10 Orang
Hingga saat ini, wabah yang dimulai pada Mei 2022 masih berlangsung di 27 negara. Lebih dari 25.864 kasus dikonfirmasi dari negara-negara yang belum pernah melaporkan cacar monyet.
Spanyol adalah negara yang paling banyak terkena dampaknya di Uni Eropa, dengan 4.298 kasus yang didiagnosis per 1 Agustus 2022.
Tim tersebut memeriksa 181 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi dari tiga rumah sakit di daerah yang paling terkena dampak di Spanyol — Madrid dan Barcelona.
Dari jumlah tersebut, 174 adalah laki-laki, 166 di antaranya diidentifikasi sebagai laki-laki yang berhubungan badan dengan laki-laki, seperti dikutip dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, Kamis (11/8/2022).
Semua pasien memiliki lesi kulit, dengan 78% berada di daerah anus dan saluran genital, dan 43% di daerah perioral, daerah sekitar mulut.
Empat puluh lima pasien menderita proktitis (peradangan lapisan rektum), 19 orang menderita tonsilitis, 15 orang mengalami radang penis, dan 6 orang mengalami abses.
Banyak pasien memiliki gejala tidak normal yang tidak terlihat sebelumnya pada wabah di Afrika, seperti lesi genital dan lesi di saluran anus (proctitis).
Selain itu, dibandingkan dengan wabah sebelumnya, pasien-pasien tersebut memiliki jumlah lesi yang lebih rendah dari biasanya.
Dr. Michael Marks, Associate Professor di LSHTM, mengatakan, "Semakin kita memahami tentang virus cacar monyet dan bagaimana penyebarannya, semakin baik kita mendiagnosis dan merawat pasien untuk mengendalikan wabah ini. Salah satu temuan yang mencolok adalah bahwa virus load—jumlah virus yang ada—lebih dari 1.000 kali lebih tinggi pada lesi kulit daripada lesi di tenggorokan."
Tim peneliti menjelaskan perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah penularan melalui pernapasan pada awal penyakit dapat terjadi.
Ini untuk memandu dan menginformasikan pembuat kebijakan tentang strategi intervensi potensial, seperti isolasi rumah bagi individu-individu yang terinfeksi.
Durasi rata-rata masa inkubasi penyakit yang diamati menjadi tujuh hari.
Ini adalah periode yang relatif singkat. Ini juga menunjukkan menerima vaksinasi sebelum pajanan pada kelompok berisiko tinggi cenderung lebih efektif mengendalikan wabah daripada setelah pajanan. [qnt]