WahanaNews.co | Beberapa hari lalu Lesti Kejora memantapkan hatinya untuk mencabut laporan kasus KDRT yang dilakukan Rizky Billar. Melalui penuturannya, ia dengan ikhlas telah memaafkan suaminya tersebut dan memutuskan untuk berdamai.
Putusan ini tentu dilakukan bukan tanpa syarat. Ia mengungkapkan pihak Billar telah minta maaf dan membuat perjanjian khusus guna menyakinkannya bahwa tindakan tersebut tidak akan terulang lagi.
Baca Juga:
8 Tahun Buron, Terpidana Kasus KDRT di Kepulauan Riau Ditangkap Kejari Gunungsitoli di Sirombu
"Saya sangat mencintai istri saya, saya ingin selalu menjadi pelindung bagi keluarga saya. Namun, sebagai manusia saya tidak pernah yang luput dari namanya kekhilafan, kesalahan," ujar Rizky Billar di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Jumat (14/10/2022) malam.
Atas hal itu, tidak sedikit dari masyarakat dan para artis lain menyayangkan putusan Lesti yang terbilang 'membingungkan'. Sebenarnya, apa sih alasan ia melakukan perdamaian?
Di depan awak media, Lesti menerangkan anaknya jadi alasan kuat mengapa dirinya mau memaafkan Billar.
Baca Juga:
Realitas Kumpul Kebo, Antara Pilihan Hidup dan Konsekuensi Jangka Panjang
"Alasannya anak saya, karena mau bagaimanapun suami saya bapak dari anak saya dan beliau juga sudah mengakui perbuatan dan meminta maaf pada saya dan keluarga bapak saya," lanjutnya.
Selain anak, beberapa alasan ini jadi pertimbangan korban untuk memilih damai dengan pelaku pada kasus-kasus KDRT. Berikut penjelasannya dikutip dari Domestic Helpers:
1. Hak Asuh Anak
Pada banyak kasus, putusan pengadilan justru memberikan hak asuh anak kepada pelaku KDRT. Maka dari itu, korban memilih damai untuk melindungi anaknya.
2. Takut
Pelaku KDRT umumnya bertindak dengan mengancam atau memaksa pasangannya, bahkan juga orang terdekat termasuk anak. Oleh karenanya, korban akan merelakan pilihan untuk tetap tinggal agar menyelamatkan diri serta orang terdekatnya.
3. Kontrol Psikologis atau Cuci Otak
Pelaku KDRT melalukan berbagai upaya dan janji manis untuk menyakinan pasanganya. Ini disebut juga dengan pelecehan emosional atau kontrol paksaan agar korban percaya bahwa satu-satunya yang mencintai dan dapat menjaganya adalah pelaku.
Mungkinkah Pelaku KDRT Jera?
KDRT agaknya bermula dari kebiasaan perilaku buruk seseorang yang sudah mendarah daging dan sulit untuk dikendalikan. Tak heran psikolog berpesan bahwa pelaku KDRT perlu mendapatkan treatment khusus agar bisa 'tobat'. Sebab, kekerasan itu tidak hanya sekadar emosi atau ekspresi marah saja yang salah, tetapi cara berpikirnya juga perlu diluruskan.
"Rata-rata berpikirnya dia yang selalu merasa betul atau itu adalah cara dia membungkus rasa tidak percaya dirinya, rasa takutnya, seperti takut kehilangan pasangan, takut direndahkan, takut tidak dihargai dan sebagainya," jelas psikolog klinis, Anastasia Sari Dewi dikutip dari detikcom, Minggu (16/10/2022).
"Dengan cara dia marah supaya pihak lain itu takut sama dia. Nggak berani melukai dia atau nggak berani macam-macam," lanjutnya.
Dengan demikian, si pelaku perlu dilatih untuk mengendalikan ledakan emosinya dan mengatasi cara berpikirnya yang salah. Lebih lanjut, ia mengatakan pelaku punya peluang untuk melakukan kekerasan lagi bila ada kesempatan.
"Karena kalau kapok sama laporan kepolisian, tapi jika dia lihat ada kesempatan pada korban yang memungkinkan bisa lagi menjadi lampiasannya, dia itu akan terjadi lagi (kekerasan)," tegas Sari.
"Karena aslinya dari dalam, dari respons emosinya yang pertama kali atau lagi emosional. Jangankan berpikir konsekuensi panjang, sudah jelas pasti penyesalan belakangan. Jadi, kita latih emosinya itu supaya tidak menimbulkan kekerasan, supaya tidak ada konsekuensi selanjutnya," jelasnya.[gab]