WahanaNews.co | Makanan yang digoreng termasuk makanan favorit orang Indonesia.
Faktanya, sulit sekali menemukan makanan siap saji yang tak terkait ke gorengan atau sesuatu yang digoreng.
Baca Juga:
Video Narkoba Beredar Lewat Gorengan Viral di Medsos, Polisi: Hoaks
Dokter Spesialis Gizi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) dr. Elfina Rachmi, MGizi, SpGK mengatakan orang-orang tak dilarang menyantap makanan yang digoreng.
Namun dia mengingatkan agar gorengan diminimalisasi dalam menu makanan sehari-hari.
"Kenapa mengonsumsi gorengan atau lemak yang tinggi tidak boleh berlebihan karena energinya atau kalorinya dua kali lipat lebih tinggi dari karbohidrat dan protein," ujarnya dalam virtual media gathering.
Baca Juga:
Hindari 5 Makanan Ini Saat Anda Batuk Pilek
Pertemuan media dengan tema 'Kategori Makanan dan Minuman Laris Manis, Tokopedia dan Ahli Gizi Bagi Tips Kembalikan Pola Makan Sehat Usai Lebaran' ini digelar Kamis 12 Mei 2022.
Terlalu banyak kalori dikaitkan dengan kenaikan berat badan dan masalah kesehatan lain seperti penyakit jantung.
Mengutip Livestrong, tubuh membutuhkan kalori yang cukup untuk berfungsi, tetapi ketika asupannya melebihi kebutuhan maka tubuh menyimpan kelebihan kalori dalam bentuk lemak.
Ekstra kalori terutama disimpan dalam bentuk trigliserida, yang bila meningkat dapat membahayakan kesehatan jantung.
Trigliserida yang menumpuk di arteri bisa meningkatkan risiko arteri menjadi keras, kaku dan sempit atau aterosklerosis. Pengerasan dinding arteri meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
Elfina menyarankan orang-orang memilih sumber lemak baik seperti minyak zaitun ataupun kacang-kacangan dan sumber buah lemak baik seperti buah alpukat.
"Kita cukup mengetahui berat badan dalam kg dan tinggi badan dalam meter saat ini. Kita bagi berat badan dengan tinggi badan (dalam satuan kuadrat meter). Tinggal dilihat indeks massa tubuhnya," tutur dia.
Nilai IMT 23 menunjukkan tubuh masuk kategori normal. Bila lebih dari 23 maka masuk kategori berat badan berlebih atau overweight, kemudian jika di antara 25-29,9 maka sudah masuk obesitas derajat satu dan lebih dari 30 masuk kategori obesitas derajat dua.
Semakin tinggi nilai IMT maka semakin pula meningkat risiko seseorang terkena penyakit-penyakit seperti kardiovaskuler.
Selanjutnya, cukupi kebutuhan lauk hewani sebagai sumber protein yang adekuat karena ini berkaitan dengan imunitas. Sumber protein bisa berasal dari lauk hewani seperti ikan, ayam, telur, daging sapi, serta lauk nabati misalnya tempe, tahu maupun kacang-kacangan.
"Dengan perbandingan lebih tinggi asupan protein hewani daripada lauk nabati 2:1," saran Elfina.
Di sisi lain, sayuran dan buah juga perlu ada dalam menu harian untuk memenuhi kebutuhan serat yang sebenarnya terkandung pula di dalam karbohidrat kompleks.
Dari sisi pengolahan makanan, sebaiknya batasi menggoreng makanan menjadi dua kali dalam seminggu. Orang-orang bisa membuat variasi pengolahan makanan seperti merebus atau dikukus. [rin]